Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elang Bondol dan Bubut Jawa Tersingkir dari Jakarta

Kompas.com - 02/11/2011, 18:55 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Semakin banyaknya populasi manusia tidak hanya membuat Jakarta semakin sesak. Ruang terbuka hijau makin sedikit, ekosistem sungai dan mangrove pun rusak. Akibatnya, 2 spesies burung liar yang tadinya melimpah di Jakarta kini tersingkir.

"Elang Bondol (Haliatur indus) merupakan burung gagah yang telah tersingkir dari kehidupan belantara beton Jakarta," kata Dwi Mulyawati, Bird Conservation Officer Burung kepada Kompas.com, Rabu (2/11/2011). Figur elang bondol maish banyak terlihat di Jakarta namun hanya logo bus Transjakarta.

Tersingkirnya Elang Bondol patut disayangkan. Sebab, berdasarkan Keputusan Gubernur No 1796 Tahun 1989, spesies itu ditetapkan sebagai maskot Jakarta. Elang bondol tersingkir karena pakan favoritnya berupa ikan di perairan air bersih sudah sulit didapatkan.

Berdasarkan PP No 7 tahun 1999, Elang bondol masuk sebagai satwa dilindungi, namun jenis ini seringkali diburu atau didesak habitatnya oleh manusia. Kini, spesies tersebut harus bertahan di pinggiran Jakarta, di Kepulauan Seribu, terutama Pulau Kotok dan Pulau Pramuka.

"Begitu pula Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) yang nasibnya ikut terancam," tambah Dwi. Bubut Jawa dikenal sebagai burung berukuran sekitar 46 cm, memiliki tubuh warna hitam atau kecoklatan dan kicau panjang berbunyi "bup..bup..bup.."

Data Birdlife International 2011 menyatakan bahwa populasi Bubut Jawa kini tinggal 2500-10.000 ekor burung dewasa. Spesies ini telah masuk dalam kategori rentan. Di Jakarta, spesies ini hanya bisa ditemui di Muara Angke dengan jumlah terbatas.

Dwi menjelaskan, Bubut Jawa menurun populasinya aibat perdagangan. Kelangsungan hidup Bubut Jawa di Muara Angke juga terancam akibat polusi perairan, rendahnya regenerasi hutan bakau, serta tekanan pembangunan di sekitar kawasan.

Dwi mengatakan, pelestarian burung harus dilakukan dengan pembangunan berwawasan lingkungan serta perencanaan tata guna lahan yang tepat. Manusia harus memikirkan untuk menyisakan beberapa wilayah untuk kelangsungan hidup satwa liar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com