KOMPAS.com - Dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak kurang lebih 243 juta orang, sebanyak 100 juta orang tidak mendapat akses untuk menikmati aliran listrik. Hal ini disebabkan lebih kurang 30.000 desa di Indonesia belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk pembangkit listrik.
Pemerintah seharusnya fokus kepada energi alternatif, bukan terus menerus mengeksploitasi sumber energi yang sudah hampir habis. Hal ini disampaikan Tri Mumpuni Iskandar, Executive Director dari Instritut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan.
"PLN itu kan hanya fasilitator, yang punya kebijakan kan pemerintah. Seharusnya pemerintah peduli untuk mengembangkan energi alternatif, sehingga PLN tidak melulu bicara tentang sumber listrik yang itu-itu saja," ujar Tri Mumpuni saat ditemui usai Diskusi Panel tentang Tantangan dan Kesempatan dalam Green Economy di Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu (5/10/2011). Diskusi panel tersebut sekaligus menutup E-Idea Regional Seminar yang diadakan di Jakarta dengan dihadiri 40 pemenang E-Idea dari 7 negara.
Tri Mumpuni menambahkan, PLN selama ini hanya berfokus kepada teknologi konevsional yang menghabiskan banyak uang. Terutama karena PLN juga masih harus melakukan subsidi agar tariff listrik maish bisa terjangkau bagi masyarakat. Padahal, PLN bisa melakukan konservasi yang terfokus pada masing-masing daerah.
"Banyak sekali energi alternatif yang bisa dimanfaatkan di Indonesia. Kita kan punya potensi Geothermal 25 ribu megawatt, lalu hydro 75 ribu megawatt, belum matahari, angin, biofuel, biomesh, yang semuanya menonjol di maisng-masing daerah. Pemerintah seharusnya fokus untuk mengambangkan potensi energi alternatif di masing-masing daerah, sehingga PLN bisa fokus untuk mempersiapkan infratsruktur pendukungnya," jelas Tri Mumpuni.
Menurutnya, jika pemerintah bisa fokus mengembangkan satu saja energi alternatif yang potensial di tiap daerah, maka Indonesia tidak harus tergantung lagi kepada pembangkit listrik yang mahal. "Kalau satu daerah potensinya biomesh, ya itu yang dikembangkan. Kalau yang lainnya potensial biofuel, ya itu yang harus dikembangkan di daerah tersebut. Jadi harus fokus!" ungkap Tri Mumpuni.
Ia yakin Indonesia bisa memaksimalkan potensi energi alternatif jika ada kerja sama dan komitmen yang kuat antara pemerintah, private sector, dan juga komunitas masyarakat. Seperti yang telah dilakukannya di beberapa desa selama ini, teknologi alternatif yang dikembangkang Tri Mumpuni malah dibeli oleh PLN.
"PLN memang membeli listrik yang dihasilkan oleh komunitas masyarakat yang saya bantu. Seharusnya seperti ini memang, yakni hubungan saling menguntungkan. PLN terbantu karena mendapat energi yang bersih, sedangkan masyarakat terbantu karena mendapatkan uang dari PLN. Saya harap ini bisa berlanjut di desa-desa lain," tambah Tri Mumpuni.
Baginya, yang terpenting adalah pemanfaatan alam untuk kehidupan yang berkelanjutan. Maka sebisa mungkin ia akan terus mengajak komunitas masyarakat di berbagai daerah untuk menyadari potensi daerah mereka maisng-masing dan bisa mengembangkan bersama-sama demi kehidupan bersama. "Saya sudah melakukan promosi dan provokasi di berbagai desa. Saya harap semua juga ikut melakukannya," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.