Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Mulai Tur Mata Harimau

Kompas.com - 22/09/2011, 21:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang lingkungan, Greenpeace, memulai tur Mata Harimau dengan pesan utama Selamatkan Hutan Rumah Harimau dengan acara adat di Desa Jumrah, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (22/9/2011).

Tur akan berlangsung di Sumatera, untuk mengajak masyarakat bergabung dalam upaya penyelamatan hutan Indonesia yang tersisa. Demikian siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dalam upacara adat ini, lima aktivis Greenpeace berkostum harimau yang akan melakukan perjalanan, mendapat doa restu dengan sebuah upacara Tepung Tawar oleh sesepuh Desa Jumrah.   

 

"Akhir-akhir ini harimau sumatera sering muncul di kebun masyarakat. Kami ketakutan, apalagi telah jatuh korban. Kemunculan harimau di desa karena hutan rumah mereka hancur oleh perluasan kebun akasia," kata Kepala Desa (Kepenghuluan) Jumrah, Sukardi Ahmad. 

"Harimau sedianya hidup berdampingan damai dengan masyarakat apabila hutan yang merupakan r umah mereka tidak di hancurkan. Kami berharap perjalanan tim Greenpeace ini bisa mengungkapkan masalah ini kepada pihak yang terkait, terutama untuk persoalan tapal batas," tambah Sukardi Ahmad.

 

Tur ini telah diluncurkan di Jakarta pada 16 September 2011 di Jakarta, dengan pertunjukan seni yang menampilkan silat harimau, pameran foto, serta orasi budaya.   

 

Hutan Indonesia terus dihancurkan untuk kepentingan pengembangan industri besar. Menurut juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Rusmadya Maharuddinm setiap tahun Indonesia kehilangan paling tidak 1,1 juta hektar hutan. Hal itu berdampak serius pada peruba han iklim, tergerusnya budaya masyarakat, dan hilangnya keanekaragaman hayati penting.

"Kami mengajak masyarakat Indonesia, untuk menjadi Mata Harimau yang menyaksikan dan melaporkan kerusakan hutan kepada pihak berwenang untuk di hentikan," ujar Rusmadya Maharuddin.  

 

Saat ini diperkirakan tinggal sedikitnya 400 ekor harimau sumatera di alam liar. Pemerintah Indonesia memperkirakan lebih dari satu juta hektar hutan Indonesia hancur setiap tahunnya. Dengan laju perusakan seperti saat ini, hewan menakjubkan yang telah menjadi inspirasi banyak khasanah budaya Indonesia ini terancam punah, senasib dengan harimau jawa dan harimau bali.   

 

"Perusahaan perkebunan harus segera menghentikan perilaku merusaknya, dan beralih ke operasi yang lebih lestari dan bertanggung jawab. Pemerintah juga harus mengimplementasikan perlindungan penuh terhadap lahan gambut serta hutan dataran rendah, dan melakukan peninjauan kembali izin yang telah diberikan," ujar Zulfahmi . (ham)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com