Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Bulan, Tujuh Gajah Mati

Kompas.com - 01/08/2011, 04:58 WIB

Bengkulu, Kompas - Lima bulan terakhir, tujuh gajah sumatera mati di sekitar kawasan Pusat Latihan Gajah Seblat, Bengkulu. Angka ini terbesar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Demikian disampaikan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Amon Zamora, Minggu (31/7) di Bengkulu. Tahun 2010, hanya ada satu gajah mati. Tahun 2009, ada dua gajah mati. ”Sekarang belum genap satu tahun, tujuh gajah mati,” kata Amon.

Kasus pertama gajah mati tahun ini terjadi pada 5 Maret 2011. Seekor gajah betina berumur 20 tahun ditemukan membusuk di kawasan perkebunan sawit PT Sapta Buana (Alno Grup).

Hasil otopsi menunjukkan, gajah itu mati keracunan. Kadar nitrat dan amonia pada lambung gajah sangat tinggi. Diduga, gajah memakan pupuk.

Pada 30 Maret 2011 ditemukan kembali tiga kerangka gajah betina di kawasan yang sama. Amon menduga penyebab kematian tiga gajah ini sama.

Pada 18 Juli 2011 ditemukan kerangka dua gajah yang diperkirakan berumur 18 tahun dan 8-10 bulan di kawasan Sungai Tenang, Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat.

Dua hari kemudian, di Sungai Tenang, kata Amon, ditemukan lagi kerangka seekor gajah yang diperkirakan berumur 18 tahun. Gading gajah jantan ini hilang.

Amon menduga, gajah-gajah tersebut mati karena diracun. Pasalnya, gading gajah hilang.

Namun, pihak BKSDA kesulitan menelusuri siapa yang berada di balik kematian gajah tersebut. Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), kata Amon, kesulitan mengumpulkan alat bukti. Apalagi kebanyakan gajah ditemukan sudah berupa tulang.

PLG Seblat seluas 6.865 hektar menjadi habitat 25-30 gajah binaan. Di luar itu masih ada 65-70 gajah liar yang daya jelajahnya lebih luas daripada PLG Seblat, bahkan sampai ke Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Koordinator PLG Seblat Supatono mengatakan, pengamanan di PLG Seblat diperketat dengan menggelar patroli. ”Dalam sebulan, kami patroli 20 hari. Namun, tidak seperti biasanya berpatroli menggunakan gajah, sekarang petugas berpatroli dalam kelompok-kelompok kecil, menyelinap ke tengah hutan,” kata Supartono. (adh)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com