Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umbi Bunga Bangkai, Pangan Alternatif

Kompas.com - 13/07/2011, 04:48 WIB

BOGOR, KOMPAS - Tim peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, meneliti budidaya dan pemanfaatan umbi bunga bangkai (Amorphophallus paeoniifolius) sebagai tanaman pangan alternatif. Penelitian diharapkan bisa menghasilkan cara budidaya untuk memperpendek usia tanam, sekaligus pengolahan terbaik.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar saat melihat Amorphophallus titanium yang mekar di Kebun Raya Bogor, Selasa (12/7). Menurut dia, penelitian itu memasuki tahun ketiga. Dalam dua tahun mendatang diharapkan bisa memberi hasil kendati penelitian lanjutan perlu dilakukan.

”Umbi tanaman itu sangat besar, beratnya mencapai 12 kilogram, bisa untuk tepung, pengganti karbohidrat, atau bahan pencampur tepung terigu. Kandungan gliseniknya juga rendah sehingga bagus untuk penderita diabetes,” kata dia.

Menurut dia, penelitian selain terfokus pada perbanyakan umbi, juga mempelajari budidaya, kultur jaringan, dan faktor agronomi sehingga tim yang terlibat berasal dari beberapa disiplin ilmu. Diharapkan, penelitian bisa memperpendek usia umbi sehingga lebih cepat panen.

Sebagian penduduk di Pulau Jawa mengenal tanaman ini dengan sebutan suweg. Namun, mereka masih menanam secara tradisional dan cara mengolahnya konvensional. Setidaknya perlu 1-2 tahun sejak tanam hingga panen, jauh melebihi usia tanaman umbi-umbian lain.

Fase umbi-umbian pada tanaman Amorphophallus biasanya terjadi setelah fase vegetatif menjadi batang pohon. Pada fase umbi-umbian, tanaman itu mengumpulkan energi untuk bisa masuk fase berbunga. Namun, tidak setiap kali masuk fase umbi, tanaman itu berbunga.

Sri Wahyuni, anggota tim peneliti, menambahkan, dari beberapa literatur, umbi Amorphophallus paeoniifolius dikonsumsi sebagai makanan pokok sebelum era swasembada beras di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

(GAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com