Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goa Karst, "Surga" Manusia Purba

Kompas.com - 12/07/2011, 09:32 WIB

Oleh: A Budi Kurniawan

Pada masa glasiasi akhir (last glacial maximum) sekitar 18.000 tahun lalu, permukaan air laut di bumi turun drastis. Sebagian volume air laut terperangkap menjadi es di daerah kutub akibat proses pendinginan luar biasa. Karena perubahan lingkungan ini, manusia purba yang dulu hidup di daerah sabana kemudian beralih ke daerah tertutup atau goa-goa untuk berlindung. Goa lantas menjadi surga bagi manusia purba.

Hipotesis tentang fenomena keberadaan manusia purba yang menghuni ceruk-ceruk goa karst mendapat sepercik petunjuk dengan ditemukannya tulang-belulang manusia, mata panah, dan kerangka monyet (Macaca sp) di sejumlah goa di Gunung Kidul, DI Yogyakarta.

Pada umumnya mereka tinggal di ceruk-ceruk mulut goa karst Pegunungan Sewu yang berjajar mulai dari Wonosari, Gunung Kidul, hingga Pacitan, Jawa Timur.

Tim Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, bersama Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2001 hingga 2008 menelusuri Song (ceruk goa) Bentar dan Song Blendrong di Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul. Di dasar ceruk goa ditemukan kerangka manusia, peralatan makan dari tulang, dan tulang-tulang monyet.

Karena banyaknya penemuan tulang-belulang monyet, diduga manusia purbakala waktu itu memiliki keterikatan erat dengan primata tersebut. Ada dua dugaan yang muncul. Pertama, monyet merupakan hewan buruan dan kedua hewan itu menjadi medium ritual pemujaan kepada leluhur.

”Diduga dahulu kala ada ritual pemujaan kepada leluhur melalui monyet. Apabila hewan dikonsumsi atau dimakan, tengkorak kepala biasanya dipecah. Namun, tengkorak monyet yang ditemukan ini cukup utuh,” kata arkeolog UGM, Daud Aris Tanudirjo.

Tahun 2008, penelitian kembali dilakukan di Song Tritis, Kecamatan Rongkop, Gunung Kidul. Di ceruk goa tersebut ditemukan kembali peralatan berburu serupa, seperti tulang dan mata panah batu.

”Kerangka manusia yang ditemukan secara fisik dan anatomi seperti manusia modern. Budaya berburu mereka juga cukup maju karena telah menggunakan mata batu dan tulang,” ucapnya.

Selain hidup di ceruk-ceruk goa, manusia purba juga beraktivitas di sekitar pantai. Di Goa Jrebeng di dekat Pantai Kukup, misalnya, ditemukan tulang hewan besar dari famili Bovidae, seperti banteng dan badak, yang diduga merupakan hewan-hewan buruan manusia purba.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com