Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asyiknya Lihat Gerhana di Planetarium

Kompas.com - 16/06/2011, 12:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gerhana Bulan total yang terjadi pada Kamis (16/6/2011) dini hari tadi menarik minat masyarakat untuk turut menyaksikan. Planetarium Taman Ismail Marzuki menjadi salah satu tempat yang dituju. Ratusan orang memadati tempat ini sejak sebelum tengah malam.

Kegiatan pengamatan gerhana Bulan total di planetarium dikoordinir oleh Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ). Empat teleskop dipersiapkan untuk memberi fasilitas pengamatan bagi masyarakat, sementara 1 teleskop lagi dipakai untuk tujuan astrofotografi.

"Gerhana totalnya itu mulai sekitar pukul 01.30 WIB. Kalau puncaknya sekitar pukul 02.30 WIB. Pukul 04.05 WIB, totalitas pun berakhir dan Bulan mulai menampakkan dirinya. Akhirnya, menjelang pukul 06.00 WIB, gerhana pun berakhir," kata Muhammad Rayhan, koordinator HAAJ.

Rayhan menjelaskan, saat gerhana total, Bulan tampak blur. Jadi, kurang bisa membandingkan bagian gelap dan terang. Saat fase gerhana di mana Bulan tertutup setengah dengan fase Bulan separuh pun akan berbeda. Saat fase gerhana setengah tetap akan lebih blur karena Bulan tertutup Bumi.

Lebih lanjut, Rayhan menjelaskan bahwa saat terjadi gerhana, Bulan, Bumi, dan Matahari terletak dalam satu garis lurus. Saat gerhana Bulan total, seluruh permukaan Bulan benar-benar tertutup oleh Bumi. Meskipun demikian, Bulan tidak akan berwarna gelap seperti Matahari ketika mengalami gerhana.

"Ini karena Bulan bukan merupakan sumber cahaya. Bulan adalah benda langit yang terangnya karena sinar Matahari. Jadi walaupun tertutup Bumi, cahaya Matahari yang ada di balik Bumi tetap bisa menerangi Bulan," ungkap Rayhan ketika berbincang dengan Kompas.com di sela pengamatan, dini hari tadi.

Menguraikan sebab lain, Rayhan mengatakan bahwa Bulan berwarna merah karena pengaruh atmosfer. "Merah ini karena pengaruh atmosfer. Ini bisa jadi juga indikator polusi. Kalau polusinya makin tinggi,  warna merahnya makin pekat," ujar Rayhan yang dalam pengamatan juga bertugas mengambil foto.

Mengamati selama berjam-jam, Rayhan dibantu anggota HAAJ lainnya berhasil memotret tahapan gerhana. Dalam foto-foto jepretannya, tampak tahapan di mana Bumi menutupi Bulan, tahapan di mana Bulan benar-benar berwarna merah hingga saat Bulan mengintip keluar menampakkan dirinya kembali.

Di tahap akhir gerhana, kejutan datang. Planet Jupiter menampakkan dirinya. "Ayo yang sudah bosan ngamat Bulan bisa lihat Jupiter," katanya pada anggota HAAJ lainnya. Jupiter tampak di timur dengan warna putih walaupun tampak sangat kecil. Satelit Jupiter pun terlihat dalam pengamatan lebih detail.

Rayhan mengaku cukup senang dengan antusiasme masyarakat melihat gerhana meski akhirnya harus antre memakai teleskop. Tentang aktivitas shalat gerhana, ia berkomentar, "Ini bisa jadi indikasi mereka sudah aware dengan fenomena ini."

Satu hal yang disesalkan cuma awan yang beberapa kali menghalangi pengamatan. Rayhan mengatakan, masyarakat yang saat ini belum bisa mengamati gerhana karena halangan awan bisa menunggu lagi Desember tahun ini.

"Nanti akan lebih ramai pasti karena terjadinya sore sampai malam. Apalagi nanti kejadiannya pas malam Minggu, planetarium harus siap-siap juga. Semoga nanti bisa lihat," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com