Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Definisi demi Kejelasan

Kompas.com - 05/05/2011, 04:12 WIB

Jakarta, Kompas - Konsep ekonomi hijau yang dimunculkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan digaungkan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2008 perlu didefinisikan lebih jelas.

Tanpa definisi jelas, istilah ekonomi hijau hanya akan menimbulkan kecurigaan arti istilah tersebut. Muncul pertanyaan, apakah ekonomi hijau hanya alat untuk ”cuci (konsep)” atau untuk ”menghijaukan” ekonomi lama yang tamak.

Demikian antara lain diungkapkan Neth Daño dari Action Group on Erosion, Technology, and Concentration (ETC Group) dari Filipina pada ASEAN Civil Society Conference/People’s Forum, Rabu (4/5) di Jakarta.

”Ekonomi hijau ini tidak ada definisinya dengan alasan ’tidak ada satu solusi untuk semua masalah’. Ini hanya memunculkan kecurigaan akan arti sebenarnya dari ekonomi hijau,” kata Neth Dano, kemarin. Disebut-sebut bahwa ekonomi hijau akan meningkatkan kesejahteraan manusia, juga mengurangi risiko lingkungan, emisi karbon rendah, dan efisiensi sumber daya tinggi.

”Namun tidak jelas bagaimana ekonomi hijau akan mengatasi akar penyebab kemiskinan, ketimpangan kesejahteraan, dan degradasi lingkungan,” kata Daño. Ia menegaskan itu dalam salah satu forum masyarakat sipil yang merupakan program tambahan dari KTT ASEAN ke-18 ini.

Kekhawatiran itu muncul di antaranya karena praktik ekonomi hijau bertumpu pada pasar. Nilai layanan jasa lingkungan dibayar melalui mekanisme mekanisme pembangunan hijau (CDM) dan REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi lahan).

Sementara, praktik ekonomi hijau banyak yang tak ramah lingkungan, misalnya pengembangan biofuel dan energi nuklir. Daño mengusulkan, untuk ekonomi hijau, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah evaluasi teknologi dengan dukungan PBB. Tema ”Ekonomi Hijau dan Pemerintahan Pembangunan yang Berkelanjutan” harus menjadi tema utama Rio+20 (Earth Summit 2012).

Lee Aruelo dari Third World Network Filipina menyoroti ekonomi hijau bidang pertanian yang dinilai melenceng karena berbasis privatisasi dan pengembangan organisme yang dimodifikasi secara genetis (genetically modified organism/GMO) yang membahayakan lingkungan.

Eri Watanabe dari Friends of the Earth Jepang mengungkapkan bahaya penggunaan energi nuklir. Kerusakan lingkungan dan sosial akibat kecelakaan nuklir tak terhitung.

Sementara, Riza Damanik dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyoroti komoditas karbon biru, yaitu perairan laut penyerap karbon. Perairan laut berperan sebagai ekosistem penunjang sumber daya perikanan dan ruang hidup jutaan nelayan tradisional. (ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com