Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Otak Awet Dikubur 2.500 Tahun

Kompas.com - 07/04/2011, 15:20 WIB

KOMPAS.com - Para ilmuwan sepertinya sudah mulai dapat mengungkapkan alasan otak yang ditemukan di Inggris dapat bertahan selama 2.500 tahun dalam lumpur. Jo Buckberry, arkeolog dari University of Bradford yang terlibat dalam studi mengungkapkan bahwa penguburan yang segera dilakukan merupakan salah satu alasan.

Otak terkubur dalam tanah liat basah yang tebal. "Selain itu, kondisi oksigen yang sangat minimal dalam tanah juga membuat otak lebih awet," katanya.

Suhu yang rendah memperlambat enzim yang mengurai jaringan otak, sementara sedikitnya oksigen dalam tanah mengurangi aktivitas mikroba. Demikian ditambahkan oleh Matthew Collins, arkeolog dari University of York.

Tengkorak didapati tanpa tubuh. Hal ini juga diperkirakan menyebabkan otak tetap utuh. "Saat orang dikubur, bakteri menyebar menggunakan darah lewat saluran pencernaan dan memakan jaringan-jaringan di sekitarnya. Dalam kasus ini, darha sudah kering dari kepala dan sudah tidak terhubung dengan saluran pencernaan," Collins menjelaskan.

Collins mengakuti, teori-teori tersebut masih belum dapat dijelaskan dengan sempurna. "Ada sesuatu yang belum kami pahami," katanya. Fenomena ini akan diselidiki lebih lanjut menggunakan kepala babi yang ditanam di sekitar situs tempat otak ditemukan untuk melakukan simulasi.

Para arkeolog asal York menemukan otak itu pada tahun 2008 masih dalam keadaan yang baik. Berdasarkan studi, para peneliti tidak mendapati adanya bahan kimia yang dipakai untuk pengawetan. Mereka juga tidak menemukan tanda-tanda pembalseman dan pengasapan. "Sebagian besar massa otak masih ada, meskipun volumenya sedikit berkurang karena kehilangan air," Collins menjelaskan kondisi otak.

Otak itu diperkirakan milik pria berusia antara 26 dan 45 yang digantung dan dipenggal dalam suatu ritual. Tengkoraknya ditemukan dengan rahang dan tulang leher utuh, menunjukkan kepala dikubur sesegera mungkin.(National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau