Banyuwangi, Kompas -
Kepala Subbidang Tata Usaha Taman Nasional Meru Betiri Mustafa Imran Lubis mengatakan, pada penelitian tahun 2007, timnya memasang kamera trap. Kamera itu dipasang di habitat hidup harimau jawa, tetapi hasilnya nihil.
”Saat kami lakukan penelitian, sejumlah warga mengaku melihat harimau jawa, tetapi ketika kami telusuri tak ditemukan sosoknya, bahkan jejaknya pun tak ada,” kata Mustafa, Rabu (23/3).
Kalaupun ditemukan jejak kaki ataupun cakaran, jejak tersebut bukan jejak harimau jawa, melainkan jenis lain yakni macan tutul. Hal itu bisa diidentifikasi dari besarnya ukuran telapak kaki dan cakaran yang lebih kecil dari ukuran harimau jawa.
Tahun 1997, Subbalai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur melakukan inventarisasi harimau jawa, tetapi harimau itu tak ditemukan. Pada penelitian tahun 1983 juga tak ditemukan harimau jawa di Meru Betiri.
Berdasarkan pengukuran Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam Internasional (IUCN), jika dalam waktu 20 tahun tidak ada tanda-tanda atau sosok hewan, hewan tersebut bisa dikatakan punah.
Triyono, guru SD di Dusun Sukamade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, mengatakan, sesekali warga setempat melihat macan tutul ketika mereka masuk di kawasan hutan. ”Habitat harimau biasanya di gunung, jadi jarang sekali ada warga yang berjumpa, kecuali masuk ke hutan. Kalaupun ada, itu jenis macan tutul,” kata Triyono, Kamis kemarin. Dusun Sukamade merupakan salah satu dusun tertua di Meru Betiri.