Padi varietas Sidenuk belum dilepas oleh Kementerian Pertanian sebagai benih padi produksi. Meski demikian, permintaan Sidenuk meningkat cepat.
”Petani mencari Sidenuk setelah tiga kali gagal panen karena wereng. Permintaan meningkat pesat mulai musim tanam Desember 2010,” ujar Khaerul Anam Syah, petani penangkar produsen dan pedagang benih di Subang, Jawa Barat.
Menurut Anam, minat pada Sidenuk meningkat setelah petani yang gagal panen karena wereng melihat ada yang berhasil panen sebab memakai benih Sidenuk. Hal itu memicu naiknya permintaan pada varietas tersebut.
Sidenuk adalah salah satu varietas padi yang dihasilkan Batan melalui proses iradiasi nuklir. Dengan iradiasi sinar gamma, benih padi ”dipaksa” bermutasi. Benih yang telah mengalami mutasi lalu ditanam dan dilakukan seleksi dengan sesuai sifat yang diinginkan. Proses selanjutnya sama seperti proses pemuliaan tanaman biasa sampai menghasilkan benih yang dapat diproduksi produsen benih. ”Rata-rata untuk menghasilkan satu varietas padi butuh tujuh tahun,” kata Dr Sobrizal, peneliti pemuliaan tanaman di Batan, Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Sejak penelitian mutasi radiasi dimulai awal 1970-an, Batan menghasilkan 15 varietas padi sawah, 1 varietas padi gogo, 6 varietas kedelai, 1 varietas kacang hijau, dan 1 varietas kapas.
Salah satu favorit petani adalah Mira-1. Varietas yang dilepas Kementerian Pertanian ke masyarakat tahun 2006 itu tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2 serta agak tahan biotipe 3, selain tahan penyakit hawar daun strain III dan IV. Potensi hasilnya 9,2 ton gabah kering giling (GKG) dan di tingkat petani rata-rata menghasilkan 6,29 ton GKG.
Dari rata-rata 100 ton benih yang diproduksi Anam tiap bulan, 15-20 persen adalah Mira-1. Dia melihat Sidenuk akan menjadi favorit, mengalahkan Ciherang yang dimuliakan, yang tiap bulan terjual 50 ton. Anam mengelola 10 hektar sawah sewa dari tetangga dan bermitra dengan petani lain di Subang dan Indramayu seluas 400 hektar.
Mutasi genetik dapat terjadi spontan di alam. Namun, mutasi juga dapat diintervensi manusia dengan bahan kimia atau memakai radiasi pengion seperti di Batan. Di Batan, bahan benih mutasi adalah padi yang sudah ada. ”Tanaman yang dihasilkan dijamin tidak mengandung residu nuklir,” kata Sobrizal.