Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Rumah Tangga Makin Sulit Air Bersih

Kompas.com - 22/03/2011, 11:23 WIB

Nila Kirana

KOMPAS.com — Kelangkaan air bersih memaksa sebagian rumah tangga di perkotaan menggeser pola konsumsinya. Membeli air minum dalam kemasan menjadi cara memenuhi kebutuhan air minum.

Berdasarkan data dunia, 6 persen ketersediaan air dunia ada di Indonesia. Namun, kesulitan akses air bersih cenderung berulang. Pertambahan penduduk, migrasi, dan kerusakan ekologi kawasan resapan air dan perubahan iklim menyebabkan merosotnya ketersediaan air bersih. Sementara, konsumsi air terus naik.

Kebutuhan air di perkotaan menjadi tema Hari Air Sedunia, yakni ”Air untuk Perkotaan: Menjawab Tantangan Perkotaan”. Organisasi Kesehatan Dunia menilai akses air bersih masyarakat Indonesia dalam jalur yang salah, tak sesuai target Tujuan Pembangunan Milenium.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2010, baru 36,6 persen penduduk Indonesia yang benar-benar bisa mengakses air bersih secara optimal, yakni minimal 100 liter per orang per hari. Secara nasional, penduduk yang kesulitan air bersih (di bawah 20 liter per orang sehari) jumlahnya berkurang dari 16,2 persen jadi 14 persen.

Namun, lima provinsi kondisinya berkebalikan, yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Gorontalo, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengah. DKI Jakarta— ibu kota negara—justru yang terparah. Pertambahan penduduk yang kekurangan air bersih (2007-2010) mencapai 11 persen. Ancaman penyakit akibat infeksi pencernaan, seperti diare, muntaber, tifus, dan kolera, kerap muncul.

Secara umum, pasokan air bersih rumah tangga di Indonesia masih mengandalkan sumber air tanah, baik yang terlindung maupun tidak. Kini, penggunaan air tanah cenderung menurun.

Air tanah

Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2009, sekitar 70 persen warga masih mengandalkan air tanah. Namun, jumlah itu terus merosot. Pada periode yang sama, penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) dan air isi ulang naik tiga kali lipat, dari 4,1 persen menjadi 12,2 persen dari rumah tangga nasional.

Berdasarkan jajak pendapat Kompas, 69,7 persen warga memilih air kemasan karena yakin kualitasnya lebih baik daripada air sumur atau dari perusahaan air minum (PAM). Alasan lain, kenyamanan. Sekitar 22,7 persen responden mengatakan, air kemasan praktis. Konsekuensinya, ada biaya bulanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com