Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat dan Dampak PLTN Tidak Sebanding

Kompas.com - 18/03/2011, 03:54 WIB

Pangkal Pinang, Kompas - Pembangkit listrik tenaga nuklir hanya memberi manfaat bagi masyarakat selama 40 tahun. Sementara dampak buruknya mengintai hingga paling sedikit 24.000 tahun. Daripada bertumpu pada nuklir, Indonesia masih punya banyak pilihan lain untuk mengatasi defisit listrik.

Demikian rangkuman diskusi ”Manfaat Pembangunan PLTN di Bangka Belitung”, Kamis (17/3) di Pangkal Pinang. Ketua Masyarakat Rekso Bumi (Marem) Jepara Lilo Sunaryo, ahli nuklir Iwan Kurniawan, dan Peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional M Subekti hadir sebagai pembicara. Diskusi juga dihadiri warga desa yang rencananya desanya sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Lilo menuturkan, usia produktif PLTN rata-rata hanya 40 tahun. Sementara usia paruh plutonium yang menjadi bahan bakar PLTN 24.000 tahun. ”Artinya, butuh 24.000 tahun untuk mengurangi separuh daya ra- dioaktif plutonium. Tidak ada bangunan di Bumi ini mampu bertahan selama itu. Jadi, akan disimpan di mana limbah ra- dioaktif dari PLTN,” ujarnya.

Ia menguraikan, PLTN batal dibangun di Jepara antara lain karena warga setempat menolak. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mensyaratkan persetujuan masyarakat di lokasi pembangunan sebelum PLTN dibangun.

”Kami memikirkan potensi kecelakaan. Dari 430 PLTN, sampai hari ini sudah tiga yang meledak. Terakhir terjadi di Fukushima dan masih berlangsung. Belum lagi kalau menghitung kebocoran-kebocoran,” ujarnya.

Lilo mengingatkan, Indonesia tidak perlu meniru Jepang atau negara-negara lain untuk mengatasi defisit listrik. Jepang membangun PLTN karena mereka tidak punya sumber energi alternatif. ”Indonesia punya 27 gigawatt potensi panas bumi. Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat AL Gore sampai menyebut Indonesia superpower panas bumi,” tuturnya. (RAZ)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau