Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Ada 2 Spesies Macan Dahan Sunda

Kompas.com - 24/01/2011, 07:27 WIB

KOMPAS.com - Kucing besar yang sering disebut macan dahan (Clouded leopard) ternyata memiliki dua sub-spesies. Para peneliti baru menyadari adanya spesies yang berbeda dari macan dahan yang hidup di Asia, tahun 2007 lalu.

Kini, analisis genetika sudah meyakinkan bahwa kucing itu punya dua ciri berbeda, antara yang hidup di Sumatera dan yang habitatnya di Kalimantan.

Macan dahan tergolong kucing besar yang sukar dipahami, termasuk singa, harimau, jaguar, macan salju dan macan pada umumnya. Mereka hidup menyebar di Asia Tenggara, hingga China dan India, dan memiliki pola bulu seperti awan yang lebih lebar dibanding macan tutul.

Hingga 2006, semua macan dahan disangka tergolong dalam satu spesies saja. Namun, studi genetika menyingkapkan bahwa sebetulnya ada dua spesies macan tutul yang berbeda.

Lazimnya diketahui, macan dahan hidup di Asia daratan dan digolongkan dalam spesies Neofelis nebulosa. Namun kini para ilmuan memastikan, ada spesies macan dahan lain yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera.

Macan itu terkenal sebagai macan dahan Sunda (Neofelis diardi), meski sebelumnya dan secara keliru disebut sebagai macan dahan Borneo. Kedua spesies itu diduga terpisah lebih dari satu juta tahun silam.

Sejak 2008, spesies baru itu pun terdaftar di  International Union for the Conservation of Nature.

Pada 2010, sebuah tim ilmuan yang bekerja di Dermakot Forest Reserve, Malaysia mengumumkan jejak kaki pertama kucing besar itu dari alam liar. Dipimpin Mr Andreas Wilting dari Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research di Berlin, Jerman, para peneliti mendapatkan foto macan dahan Sunda sedang berjalan di jalanan.

Kini, Mr Wilting dan koleganya menerbitkan penelitian baru yang menyingkap lebih jauh tentang kucing misterius itu.

Mereka mengambil sampel dari 15 macan dahan Sunda yang hidup di Borneo, dan 16 ekor yang hidup di Sumatera, untuk melakukan studi molekular dan genetika demi menyingkap asal-usulnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com