Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesimen Tumbuhan di LIPI Terbakar

Kompas.com - 13/01/2011, 09:01 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — Sebagian dari spesimen tumbuhan hasil ekspedisi di hutan perbatasan Indonesia dengan Serawak (Malaysia) di Kalimantan rusak akibat terbakar atau terkena air. Itu akibat oven yang dipakai untuk mengeringkan ratusan spesimen tersebut terbakar, yang diduga akibat adanya hubungan pendek arus listrik, Rabu (12/1/2011) pagi.  

Oven tersebut merupakan salah satu fasilitas untuk keperluan peneliti di Gedung Pusat Penelitian Biologi LIPI di Kompleks Cibinong Science Center di Cibinong, Kabupaten Bogor. Berkaitan dengan musibah itu, penempatan oven tersebut akan direlokasi, dibuat bangunan tersendiri yang tidak menempel dengan bangunan induk.  

"Sebetulnya penempatan oven di ruang ini sudah cukup baik. Artinya, sudah diperhitungkan dengan baik dan memenuhi standar internasional. Namun, kebakaran ini membuat kami mempertimbangkan untuk memindahkannya di banguan tersendiri, yang tidak menempel dengan gedung induk. Toh, tidak perlu bangunan terlalu besar," kata Kepala Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi (PPB) LIPI Eko Baroto.  

Pemindahan oven itu, kata Eko, karena pihaknya tidak mau mengambil risiko yang dapat membahayakan koleksi spesimen biologi yang ada di Pusat Penelitian Biologi. Di ruang koleksi gedung tersebut tersimpan sekitar dua juta spesimen flora. Belum lagi spesimen fauna yang jumlahnya juga sama banyaknya.  

"Kerugian akibat kebarakan ini sekitar Rp 50 juta, kalau hanya melihat fisik oven. Namun, nilai kerugian akibat spesimen terbakar atau rusak sulit dihitung. Kalau yang ini, spesimen baru, mungkin untuk mendapatkannya masih relatif mudah, yakni melakukan ekspedisi baru lagi ke lokasi yang sama. Kalau koleksi masa lalu, ini bisa benar-benar jadi malapetaka luar biasa," tutur Eko.  

Kebakaran kecil oven tersebut telah merusak sebagian besar sepesimen dari 152 jenis tumbuhan yang dikumpulkan dari ekspedisi dua peneliti Indonesia dan tiga peneliti Jepang di perbatasan hutan Indonesia dengan Serawak, dari Desember sampai awal Januari ini. Ekspedisi tersebut dipimpin Dr Dedy Darnaedi, salah seorang peneliti utama LIPI.  

"Spesimen yang kami kumpulkan ada ratusan dari 152 jenis tumbuhan yang ditemukan di sana, antara lain dari jenis jahe-jahean, paku-pakuan, lumut-lumutan, sirsak-sirsakan, anggrek, dan buah manggis liar," kata Dedy.  

Ia yang dibantu Dr Sujarjono, juga peneliti, dan sejumlah karyawan memilah-milah spesimen yang selamat dari musibah kebakaran itu untuk tetap dipakai sebagai penelitiannya. "Mudah-mudahan masih banyak yang bisa dipakai. Kalau tidak, apakah perlu ekspedisi lagi, nantilah dipikirkan. Kami baru pulang dua hari lalu dari ekspedisi ini," katanya.   

Kebakaran oven itu diketahui sekitar pukul 07.30 oleh Arif Hidayat, Manajer Koleksi PPB, yang tengah melakukan pemeriksaan rutin. Ia sempat menyemprotkan busa antiapi ke oven itu, tetapi api tidak berhasil dipadamkan.  

Asap tebal yang keluar dari oven dan memenuhi ruangan tersebut menambah panik semua orang yang sudah datang ke kantor. Pemadam kebakaran pun segera dipanggil dan mengirimkan enam unit mobil. Tidak sampai menghabiskan satu tangki air mobil pemadam, api pun akhirnya padam.  

"Tetapi, kami semua sudah sangat panik sebab asap sangat tebal dan memenuhi ruang. Di ruang itu (dekat dengan ruang oven), banyak zat kimia untuk keperluan penelitian. Kami sungguh khawatir kebakaran akan merembet", kata Eko Baroto, yang mendapat telepon dari mana-mana menanyakan kabar keselamatan koleksi PPB LIPI.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau