Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resolusi 2011: Ingin Tambah Pintar

Kompas.com - 05/01/2011, 11:20 WIB

OLEH NINOK LEKSONO

KOMPAS.com — Menyimak berbagai tantangan pekerjaan atau perkembangan berbagai sisi kehidupan yang semakin rumit, masuk akal kalau ada yang mengadopsi ”ingin jadi lebih pintar dari 2010” sebagai resolusi tahun 2011. Ya, resolusi yang bisa terdengar tidak berlebihan. Perkembangan sains dan teknologi, atau ekonomi, atau masalah kesehatan memang makin pelik sehingga masyarakat pun—mau tak mau—harus berusaha menyesuaikan diri dengan meningkatnya kerumitan soal di atas.

Pintar atau cerdas, bagi sebagian kalangan, dianggap sudah bawaan lahir. Dan, dalam kaitan ini, masa-masa 9 bulan di kandungan merupakan masa yang amat menentukan. Pada masa itulah antara lain otak terbentuk (Time, 4/10/10).

Sebagian memandang kecerdasan adalah anugerah sehingga sosok brilian seperti Albert Einstein atau Isaac Newton adalah unik tidak ada duanya. Kalaupun kedua tokoh dari bidang sains ini banyak jadi idola, sah saja apabila setiap insan mendambakan jadi lebih pintar.

Dalam perkembangan berikutnya dikenal konsep kecerdasan majemuk, yang dimajukan oleh Howard Gardner (1943- ) dalam karyanya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983, 1993).

Menurut Gardner, kecerdasan bukan satu entitas tunggal dan diturunkan seperti yang banyak dianut di zaman keemasan psikometri dan behavioris. Seperti diulas kembali oleh Mark Smith (di Infed, 2002, 2008), dengan pemahaman akan kecerdasan majemuk ini, dunia pendidikan mendapatkan pendekatan baru yang lebih terbuka untuk mengapresiasi adanya kecakapan lain di luar kecerdasan logika-matematika yang acap diukur oleh perangkat tes IQ.

Sekadar menyebut kembali, Gardner menyebutkan bahwa setidaknya ada tujuh jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa (linguistik), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan kinestetik (yang banyak diperlihatkan oleh atlet cemerlang), kecerdasan musikal, kecerdasan antarpersonal (pintar bergaul dengan orang), kecerdasan intrapersonal (mampu memahami perasaan dan kondisi diri), dan kecerdasan spasial (cakap memahami ruang).

Setelah itu, seperti juga dipahami Gardner bahwa daftar yang ia buat belum lengkap, diakui adanya jenis kecerdasan lain, seperti kecerdasan spiritual, kecerdasan naturalis/ lingkungan, dan kecerdasan eksistensial.

Paradigma yang diusulkan oleh Gardner banyak mendapat sambutan dari kalangan pendidik dan orangtua, yang kemudian menerima adanya tipe kecerdasan selain logika/matematika dan menindaklanjuti dengan mengarahkan anak ke bidang yang lebih sesuai dengan bakatnya serta tidak memaksa anak untuk menempuh bidang studi yang disukai orangtua atau dianggap populer oleh masyarakat tetapi sebenarnya tidak cocok bagi si anak.

Memacu otak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com