Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merapi Mulai Membentuk Kubah Lava Baru

Kompas.com - 02/11/2010, 22:10 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Gunung Merapi mulai membentuk kubah lava baru. Hal ini ditandai dengan munculnya guguran lava pijar yang terpantau dari sejumlah pos pengamatan dan kamera pemantau di Plawangan sekitar pukul 18.50 WIB, Selasa (2/11/2010).

"Munculnya guguran lava pijar mengindikasikan pembentukan kubah lava baru, dan ini berarti Merapi mulai menunjukkan karakteristik erupsinya," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, Selasa.

Menurut dia, guguran lava pijar mengarah ke sisi selatan gunung atau ke hulu Kali Gendol.

Ia mengatakan, apabila pembentukan kubah lava baru berlangsung stabil, maka proses erupsi dari gunung setinggi 2.965 meter di atas permukaan laut tersebut dapat dikatakan sudah memasuki fase akhir.

Walau demikian, Subandriyo belum dapat memastikan waktu yang diperlukan untuk membentuk kubah lava baru yang stabil.

Ia mengatakan, proses pembentukan kubah lava baru hingga posisi yang stabil sangat tergantung dari suplai magma.

"Jika dorongan magma sudah mulai melemah dan kubah lava baru yang terbentuk sudah berada di posisi yang stabil, maka proses erupsi sudah dikatakan selesai," katanya.

Meski demikian, apabila lava tersebut menumpuk dan tersumbat, maka kemungkinan akan muncul awan panas atau guguran material vulkanik.

Pada erupsi 2010, sifat magma Merapi adalah asam karena mengandung silika sebanyak 57 persen sehingga magma mengandung lebih banyak gas.

Gas tersebut juga memicu sifat erupsi Merapi menjadi eksplosif. Merapi meletus empat kali, yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober, 31 Oktober, dan 1 November 2010.

Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukhyar mengatakan, Gunung Merapi mulai melepaskan energinya dalam skala yang lebih kecil.

Menurut dia, hal tersebut ditandai dengan adanya awan panas guguran dan bukan semburan awan panas seperti yang terjadi pada empat letusan belum lama ini.

"Apabila awan panas guguran tersebut berlangsung semakin sering, maka hal ini justru baik karena Gunung Merapi mulai melepaskan energinya. Tetapi, itu dalam skala kecil," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com