Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Tropis Tak Menyerang Indonesia

Kompas.com - 02/11/2010, 18:11 WIB

KOMPAS.com - Badai Anggrek di perairan barat Sumatera yang dipantau oleh Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menimbulkan beberapa efek. Pengiriman bantuan kepada para korban tsunami terhambat dan penyebrangan melalui Selat Sunda terancam terganggu.

Kini, TCWC telah memiliki perkiraan perkembangan badai tersebut. Hari ini kecepatan putaran badai tropis ini meningkat menjadi 95 km/jam. Rabu (3/11/10) esok, kecepatan badai tropis ini akan meningkat. "Kecepatan putaran badai tropis besok diperkirakan 100 km/jam. Gelombang laut mungkin masih tinggi sehingga masih mengganggu aktivitas," kata A Fahri Radjab, Kepala Sub Bidang Siklon tropis TCWC.

Fahri mengatakan, badai tropis ini akan mulai mereda pada hari Jumat mendatang. Tanggal 5 November, badai mungkin sudah mereda, kecepatannya diprediksikan 75 km/jam, namun jaraknya sudah menjauhi wilayah Indonesia," terang Fahri. Saat badai tersebut mulai mereda dan menjauhi wilayah Indonesia, maka gelombang laut pun akan menurun.

Badai Anggrek berada di wilayah pengawasan TCWC (0 derajat hingga 10 derajat LS, 90 derajat BT hingga 141 derajat BT) selama 30 jam, mulai tanggal 31 Oktober 2010 hingga pukul 13.00 WIB tanggal 1 November kemarin. "Setelah pukul 1 siang, badai sudah memasuki wilayah pengawasan Australia, namun kita juga masih memantau," tutur Fahri.

Ditanya mengenai kemungkinan Badai Tropis Anggrek menyerang wilayah daratan Indonesia, Fahri mengatakan, "Secara teori itu tidak mungkin. Sifat badai tropis sendiri adalah bergerak menjauhi ekuator, jadi tidak mungkin menyerang wilayah daratan Indonesia. Indonesia justru menjadi wilayah yang 'memproduksi' badai ini dan dikirim ke wilayah lain."

Ia mengatakan, jika badai tropis terbentuk di wilayah barat perairan Sumatra seperti Badai Tropis Anggrek, maka badai tropis itu akan punah di laut. Sementara, jika badai tropis terbentuk di wilayah selatan perairan timur Indonesia, badai tropis itu akan punah di pantai barat Australia.

Contoh badai tropis yang menyerang daratan adalah Badai tropis Megi yang menyerang Filipina beberapa waktu lalu dan Badai Tropis Katrina yang menyerang Amerika Serikat beberapa tahun silam. Badai tropis, topan dan hurricane menunjuk pada hal yang sama, yaitu siklon tropis akibat naiknya suhu permukaan air laut, pemusatan tekanan rendah di suatu wilayah dan rotasi bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau