Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Eksplosif Masih Mungkin Terjadi

Kompas.com - 31/10/2010, 14:13 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pascaletusan eksplosif kedua, Sabtu (30/10/2010) dini hari, fase erupsi Gunung Merapi semakin sulit ditebak. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi menyatakan, letusan ketiga yang lebih eksplosif masih mungkin terjadi lagi.

Bahkan, erupsi yang terjadi pada Sabtu pukul 00.00-00.50 adalah erupsi yang paling eksplosif dibandingkan dengan sebelumnya (2006), dengan tinggi asap solfatara mencapai 3,5 kilometer (km) dan bola api atau letusan vertikal mencapai radius 2 km dari Pos Selo, Jrakah, Ngepos (Jawa Tengah), dan Pos Kaliurang (DI Yogyakarta).

Demikian pokok penjelasan yang disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono serta Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Subandriyo, Sabtu di tempat terpisah.

"Jika terjadi peningkatan (energi) cepat lagi, erupsi eksplosif bisa terjadi lagi. Kami tak bisa mengetahuinya, hanya mengamati," ujar Surono. Erupsi eksplosif adalah proses keluarnya magma yang berlangsung dengan letusan/ledakan, sedangkan erupsi elutif adalah proses serupa, tetapi secara lelehan atau meluap.

Subandriyo menguraikan, dari data sementara, kandungan silika pada magma Merapi mencapai 57 persen, yang artinya cenderung asam.

"Erupsi Merapi hingga Sabtu masih terus berlangsung. Bahkan, erupsi yang terjadi Sabtu dini hari pukul 00.00-00.50 adalah erupsi yang paling eksplosif," kata Subandriyo saat ditemui di sela-sela rapat koordinasi Pemerintah Kabupaten Magelang, BPPTK, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pusat di rumah dinas Bupati Magelang.

Subandriyo mengemukakan, sekitar 2.000.000 meter kubik material Merapi telah hilang, luruh ke bawah, akibat erupsi berulang kali sejak Selasa lalu hingga Sabtu kemarin. Material yang hilang itu termasuk di antaranya kubah lava dari erupsi tahun 2006.

Erupsi juga menimbulkan getaran letusan yang dirasakan hingga radius 12 km dari sebelah barat daya Gunung Merapi, yaitu Desa Srumbung, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jateng. Hujan pasir yang ditimbulkan mencapai radius 10 km dan hujan abu dirasakan hingga Kabupaten Bantul berjarak sekitar 80 kilometer. Kini terbentuk kawah berdiameter 200 meter di puncak Merapi.

Meski cukup besar, lanjut Subandriyo, letusan kemarin kekuatannya sekitar separuh letusan 26 Oktober lalu. Salah satu parameternya durasi awan panas terlama yang 22 menit atau di bawah letusan 26 Oktober, yang disusul dua awan panas besar yang masing-masing berdurasi 33 menit.

BPPTK mencatat, letusan eksplosif Sabtu dini hari didahului dua kali luncuran awan panas berdurasi 7 menit pada pukul 00.16 dan berdurasi 22 menit pada pukul 00.35. Namun, radius luncur awan panas tak diketahui karena kondisi gelap dan berkabut.

Awan panas pertama meluncur ke arah Kali Lamat, Kali Senowo, dan Kali Krasak di sisi barat-barat daya Merapi (di wilayah Magelang). Adapun awan panas kedua meluncur ke arah Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Krasak, dan Kali Boyong di sisi selatan Merapi (Sleman, DIY).

Pada pukul 00.50, empat pos pemantau Merapi melaporkan terjadi ledakan dahsyat di puncak. Ledakan memuntahkan bola api vertikal beradius 2 km dengan ketinggian asap 3,5 km. Hujan pasir mencapai radius 10 km dan gemuruh terdengar hingga radius 12 km. Abu vulkanik terbawa angin menjangkau Kota Yogyakarta dan Bantul yang berjarak 30-80 km.(ENG/ARA/IRE/WKM/EGI/GAL/SON)

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com