YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta atau BPPTK Yogyakarta mencatat, kenaikan frekuensi gempa multifase merupakan indikasi pertumbuhan kubah lava di puncak Gunung Merapi.
Sampai Jumat (22/10/2010) siang, data di beberapa pos pengamatan, termasuk di Pos Pengamatan Kaliurang, menunjukkan telah terjadi guguran sebanyak 15 kali, gempa multifase 154 kali, dan gempa vulkanik sebanyak 14 kali.
Sementara itu, sepanjang Rabu (20/10/2010) terjadi peningkatan gempa multifase hingga 479 kali dalam sehari. Kepala BPPTK Yogyakarta Dr Subandriyo menjelaskan bahwa pada hari Kamis tercatat gempa vulkanik tujuh kali, gempa multifase 69 kali, dan guguran lava sebanyak 32 kali.
Sebagai perbandingan lain, pada Senin (18/10/2010), gempa multifase Merapi hanya 201 kali dalam sehari. Indikasi lain yang menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik gunung itu adalah gempa vulkanik dari 23 kali menjadi 39 kali pada hari Rabu.
Pada hari Selasa, 19 Oktober 2010, gempa vulkanik tercatat tiga kali. Gempa vulkanik dangkal juga melesat dari 14 kali pada hari Rabu atau naik drastis jadi 28 kali pada hari Kamis. "Peningkatan ini menjadi indikasi, Merapi menuju fase letusan atau erupsi," kata Subandriyo yang dihubungi melalui telepon pada Jumat siang.
Meski belum bisa diperkirakan ke mana arah letusan, tingginya frekuensi gempa vulkanik ini menunjukkan energi dari perut gunung sangat besar. Subandriyo memperkirakan, jarak magma yang bergerak saat ini sekitar 1.000 meter dari puncak. Namun, Subandriyo menegaskan belum tentu erupsi Merapi kali ini akan besar. (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.