Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Juga Hancurkan Habitat Penyu

Kompas.com - 21/08/2010, 09:08 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Habitat penyu di pesisir Kabupaten Lampung Barat terancam hilang atau punah dalam beberapa tahun mendatang akibat pembangunan yang tidak berbasis lingkungan.      "Penyu yang mendarat di pantai Lampung Barat merupakan habitat terbesar di dunia dan jumlah penyu yang mendarat di sana dari tahun ke tahun terus menurun," kata Direktur LSM Mitra Bentala, Herza Yulianto, di Bandar Lampung, Sabtu (21/8/2010).      Dia menjelaskan, kondisi pesisir Lampung barat saat ini telah mengakibatkan penyu enggan mendarat di kawasan tersebut.     "Sejumlah area hijau dari garis pantai hingga jarak 10 meter dari daratan banyak yang rusak. Salah satu penyebabnya karena telah mengalami alih fungsi menjadi permukiman," kata dia.      Jumlah habitat penyu, katanya, terus menurun dan ironisnya saat ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung Barat belum memiliki data valid tentang jumlah terkini habitat itu.      "Kita dan DKP, sebagai pemilik kebijakan setempat, akan melakukan survei dan penelitian tentang jumlah pasti habitat penyu di Pesisir Lampung Barat untuk menjadi pijakan dasar dalam melakukan langkah pelestarian selanjutnya," kata dia.      Herza mengatakan, data terakhir yang dimiliki kedua instansi tersebut adalah data tahun 2006. Data tersebut menunjukkan ada empat jenis penyu yang biasa mendarat di pesisir Lampung Barat dan jumlahnya tinggal 165 ekor.      Penyu-penyu tersebut terdiri atas penyu hijau 30 ekor, penyu sisik 30 ekor, penyu belimbing 15 ekor, dan penyu lekang 90 ekor. Faktor penyebab populasi penyu yang mendarat di pesisir itu semakin menurun, kata Herza, selain karena berkurangnya luasan green belt area, juga didorong oleh berbagai faktor lain.      Sejumlah faktor pendorong tersebut adalah pemanfaatan penyu dan telur penyu yang tidak ramah lingkungan serta penangkapan dan perdagangan penyu yang tidak sah.      "Harga telur penyu di pasar saat ini sangat menggiurkan, Rp 10.000 per dua butirnya," kata dia.      Selain itu, Herza menambahkan, beberapa faktor pendukung penyebab menurunnya populasi penyu lainnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap biota penyu, pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan yang masih rendah, dan lemahnya koordinasi antar-stake holder.      "Harus ada kesinergian kerja sama dan kesamaan visi antarlembaga swadaya masyarakat, pihak swasta, masyarakat, dan pemerintah untuk menyelamatkan penyu," kata dia.      Populasi penyu yang mendarat di Pantai Pesisir Lampung Barat termasuk terbesar di dunia karena empat dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia mendarat di wilayah itu.      Panjang garis pantai di kabupaten itu adalah 210 km atau sekitar 19 persen dari garis pantai di Provinsi Lampung, serta luasnya 1.105 kilometer persegi dengan potensi lestari hasil laut (ikan, lobster, tuna, penyu) mencapai 90.000 ton per tahun.      Pada tahun 2005, DKP Lampung Barat mencanangkan zona kawasan konservasi laut daerah (KKLD) di sepanjang jalur pantai pesisir Kabupaten Lampung Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com