Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Belum Siap untuk Membangun PLTN

Kompas.com - 03/08/2010, 04:24 WIB

Jakarta, Kompas - Hingga 2019, belum ada proyeksi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir karena pertimbangan banyak faktor, antara lain ketersediaan energi nonmigas lainnya yang lebih potensial, aspek penguasaan teknologi, penerimaan masyarakat, serta pendanaan.

Meski nuklir perlu tetap dipertimbangkan sebagai energi alternatif masa depan di Indonesia, sesuai undang-undang ketenaganukliran, bangsa ini harus mandiri dalam pengembangan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik. Dan, teknologi yang dipilih bukan fisi atau penguraian, melainkan fusi atau penggabungan nuklir yang jauh lebih aman.

Hal ini terangkum dalam Forum Diskusi tentang Prospek PLTN dalam Memenuhi Kebutuhan Listrik yang Terjangkau di Jakarta, Senin (2/8). Sebagai pembicara adalah Deputi Bidang Teknologi dan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Adi Wardoyo; Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir As Natio Lasman; Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN Murtaqi Syamsuddin; serta anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi.

Rinaldy, secara pribadi, lebih cenderung agar Indonesia mengembangkan energi terbarukan yang potensial, yaitu bahan bakar nabati, panas bumi, energi surya, dan tenaga gelombang atau arus laut. Semua sumber untuk energi terbarukan itu telah tersedia di sejumlah tempat di Indonesia.

”Pemerintah dalam hal ini harus segera memutuskan ya atau tidak pembangunan PLTN di Indonesia. Jangan ini dibiarkan berlarut tanpa kejelasan karena biaya sosial akan sangat besar,” ujar Rinaldy. Meski begitu, ia melihat risiko PLTN memang sangat tinggi sehingga pemerintah sulit mengambil keputusan.

Dari biaya pembangkitan listrik dengan berbagai jenis bahan bakar di dunia, Murtaqi mengungkapkan, PLTN adalah yang termurah, hanya 4,19 sen dollar per kilowatt jam, sementara dengan bahan bakar lain 6,33 sen dollar-18,33 sen dollar per kWh. ”Kalau bisa dengan harga yang baik, kenapa tidak?” ujarnya. Namun, pembangunan PLTN di Indonesia memiliki banyak kendala, antara lain biaya kapital sangat tinggi dan masa konstruksi amat lama.

Sementara Adi Wardoyo mengatakan, rencana penggunaan nuklir telah ada pada 1960-an dan terus mengarah pada rencana pembangunan PLTN.(YUN)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com