Nusa Dua, Kompas -
”Pemulihan habitat harimau butuh pemulihan hutan. Sebab, populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang sangat banyak,” kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dalam pembukaan Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting yang digelar di Nusa Dua, Bali, Senin (12/7).
Kementerian Kehutanan bersama Global Tiger Initiative- World Bank menjadi tuan rumah dalam pertemuan tiga hari itu. Negara lain adalah Banglades, Bhutan, China, India, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand, dan Vietnam. Pertemuan ini adalah pertemuan persiapan sebelum digelar Konferensi Internasional Konservasi Harimau Tingkat Kepala Negara, World Tiger Summit, di Saint-Petersburg, Rusia, 15-18 September 2010.
Zulkifli berharap, pertemuan ini dapat menghasilkan rumusan naskah Rencana Pemulihan Harimau Dunia sebagai kesepakatan negara untuk pelestarian harimau dan meningkatkan populasinya di alam menjadi dua kali lipat kondisi saat ini pada 2022. Disusun pula naskah Deklarasi Kepala Negara yang akan dibahas di Rusia nanti.
Kondisi harimau di dunia saat ini kritis, hanya tersisa tak lebih dari 3.200 ekor, meliputi enam subspesies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan malaya. Penyebab kepunahan adalah hilang dan terfragmentasinya habitat secara tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami, perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik dengan masyarakat di sekitar habitat.
Harimau sumatera tinggal 400 ekor atau 12 persen total populasi harimau di dunia. Habitatnya menyusut hampir 50 persen dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 70 persen dari habitat tersisa itu ada di luar kawasan konservasi yang tersebar setidaknya di 20 petak hutan yang saling terisolasi.
”Peta jalan Jambi, Padang, Riau, dan Sumsel disusun untuk menjadi habitat harimau. Juga di Lampung di Tambling luasnya 60.000 hektar hingga 70.000 hektar. Kita juga memikirkan sumber makanannya,” kata Zulkifli.
Direktur Program Global Tiger Initiative-World Bank Keshav Varma menyatakan, Bank Dunia menyusun skema pembiayaan bersama. Untuk kawasan Asia Tenggara direncanakan dana 80 juta dollar AS. (BEN)