Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biogas dari Limbah Pabrik

Kompas.com - 14/05/2010, 05:05 WIB

Oleh YUNI IKAWATI

Pabrik tahu ditengarai merusak lingkungan karena masih menggunakan kayu bakar dan membuang limbah cairnya ke lingkungan. Modifikasi tungku dan penerapan pengolah limbah dapat mengatasinya, bahkan memberikan nilai ekonomis berupa biogas pengganti bahan bakar minyak dan kayu bakar.

Sungai hingga parit yang mengalir di Banyumas kini telah menurun produktivitasnya. Tidak banyak ikan bisa ditangkap di perairan itu. Salah satu penyebabnya adalah buangan limbah cair pabrik tahu di daerah itu yang telah berlangsung lama.

Di kabupaten itu ada Desa Kalisari yang memiliki 312 industri tahu skala kecil dengan total kapasitas produksi 7,5 ton per hari. Selain itu, di Cikembulan—desa tetangganya—beroperasi 317 industri tahu yang menghasilkan 6 ton per hari.

Industri di dua desa itu merupakan sebagian kecil dari industri serupa di Pulau Jawa. Data dari Kementerian Riset dan Teknologi menyebutkan 80 persen dari sekitar 84.000 industri tahu di Indonesia ada di Jawa.

Selama ini, industri tahu sebanyak itu membuang limbah cairnya begitu saja ke parit dan lahan persawahan. Padahal, limbah hasil pemrosesan kedelai yang menjadi bahan baku tahu itu masih memiliki keasaman, chemical oxygen demand (COD), dan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Tingkat COD adalah kebutuhan oksigen kimiawi di air untuk bereaksi dengan limbah. Adapun BOD adalah kebutuhan oksigen oleh mikro-organisme untuk memecah bahan buangan di air.

Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan, tingkat keasaman pH 4-5 5, sedangkan COD dan BOD mencapai 10.000–15.000 mg per liter. Tingginya pencemaran ini menyebabkan ikan kekurangan oksigen hingga banyak yang mati.

Sementara itu, limbah tahu di lahan persawahan karena proses pembusukan akan terurai dan menghasilkan gas metan. Keadaan ini menyebabkan ketidakseimbangan kandungan unsur hara tanah. Akibatnya, padi tumbuh, tetapi puso atau tidak menghasilkan bulir padi.

Pencemaran limbah pabrik tahu saat ini, menurut Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Eddy Prihantoro, sudah mencapai tingkat signifikan.

Dari industri tahu di Indonesia yang berkapasitas lebih dari 2,56 juta ton per tahun, dihasilkan limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun. Emisi gas rumah kaca yang dilepaskan limbah itu mencapai sekitar 1 juta ton CO ekivalen per tahun.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com