YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian lumba-lumba masih sangat minim. Kelestariannya di laut pun terancam karena banyaknya pembunuhan. Padahal, satwa cerdas ini mempunyai potensi besar untuk berbagai tujuan kemanusiaan.
Untuk meningkatkan penelitian lumba-lumba, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan PT Wersut Seguni Indonesia menandatangani kerjasama untuk meningkatkan penelitian serta konservasi pada lumba-lumba.
Direktur utama PT Wersut Seguni Indonesia (WSI) Dheni Charso mengatakan, kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM dimaksudkan untuk meningkatkan konservasi dan kesehatan pada lumba-lumba. Selama ini, konservasi lumba-lumba yang telah dilakukan PT WSI terhambat pada terbatasnya pengetahuan lumba-lumba .
"Kerjasama ini juga untuk penelitian gen dan penangkaran. Selain itu, juga untuk mengembangkan jenisnya dengan perkawinan silang antarspesies," katanya usai menandatangani nota kesepahaman di UGM, Yogyakarta, Selasa (27/4/2010).
Di bidang kesehatan, potensi lumba-lumba juga belum banyak diteliti. Padahal, berenang dengan lumba-lumba banyak memberi efek positif bagi anak autis, hiperaktif, maupun pasien yang menderita stres.
Menurut Dheny, selama ini PT WSI yang berlokasi di Weleri, Jawa Tengah, beberapa kali menerima lumba-lumba yang terluka parah.Banyak di antaranya yang tak tertolong dan akhirnya mati. Sebagian dari lumba-lumba itu diketahui sengaja dilukai oleh nelayan saat terjerat di jaring mereka.
"Beberapa nelayan membunuh atau memotong sirip lumba-lumba yang terjerat di jaringnya. Mereka mungkin kesal, karena setiap kali ada lumba-lumba terjala, jaring bisa dipastikan rusak. Padahal harganya bisa Rp 200 juta," katanya.
PT WSI juga mengembangkan obyek wisata pantai dan kesehatan dengan lumba-lumba yang berada dalam perawatan tersebut. Melalui program Berenang dengan Lumba-lumba untuk Kesenangan dan Kesehatan , masyarakat dapat berenang dengan lumba-lumba selama satu jam. Program kesehatan ini menunjukkan hasil meredakan pada kelainan dan ketegangan saraf seperti autisme, stres, dan hiperaktif.
"Tim medis dari PT WSI Dwi Restu Seto mengatakan, pengetahuan lumba-lumba di Indonesia sangat minim. Kita bahkan tidak tahu pasti berapa jumlahnya setiap spesies, sehingga tidak tahu mana yang mulai terancam punah," ujarnya.
Menurut Dwi, perairan Indonesia sangat kaya akan lumba-lumba. Tercatat sekitar 13 spesies lumba-lumba asli perairan Indonesia. Salah satunya adalah lumba-lumbat air tawar di Kalimantan yang dikenal dengan nama pesut. Perairan Indonesia juga dilintasi sekitar 30-an spesies lumba-lumba yang bermigrasi secara rutin.
Dekan FKH UGM Bambang Sumiarto menuturkan, FKH UGM berencana memperdalam penelitian pada mamalia laut. Untuk itu, UGM tengah merencanakan pembangunan kolam lumba-lumba di kawasan kampus. Pembangunan direncanakan sekitar Bulan September.
Terkait hal itu, Rektor UGM Sudjarwadi mengatakan, penelitian pada lumba-lumba bisa menjadi penelitian unik yang mengangkat nama Indonesia di tingkat dunia. Hal ini mengingat sejumlah lumba-lumba merupakan spesies asli Indonesia yang sulit ditemukan di perairan lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.