Medan, Kompas
Analisis geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Buha M Simanjuntak, Rabu (7/4), mengatakan, warga harus akrab dengan gempa bumi dan berteman dengan gempa. ”Gempa bumi akan selalu terjadi berapa pun besarnya,” tutur Buha.
Gempa yang mengguncang Kota Medan kemarin pukul 05.15.03, yang berpusat di Kepulauan Banyak, berkekuatan 7,2 skala Richter membuat warga Medan berhamburan keluar rumah. Banyak orang terbangun dari tidur dan lari keluar rumah dengan pakaian ala kadarnya. Mereka terkejut dan tidak menduga terjadi gempa bumi yang di Medan guncangannya mencapai III hingga IV MMI itu.
Sementara di Pulau Banyak, Kabupaten Singkil, NAD, gempa membuat warga panik dan lari ke gunung. Gempa membuat air laut di Pulau Balai naik 80 sentimeter dalam wujud gelombang yang datang beruntun sekitar lima kali. Namun, air laut hanya masuk ke parit dan tidak mencapai rumah penduduk. Di Desa Haloban, Pulau Tuangku, air laut naik hingga 300 meter dari bibir pantai sehingga mencapai halaman rumah penduduk.
Warga Pulau Balai, Achmad Tachis, yang dihubungi dari Medan, mengatakan, warga terbangun dari tidur kemudian lari ke gunung. ”Situasi panik dan menggelikan,” kata Achmad. Banyak orang lari ke tempat yang lebih tinggi dengan pakaian ala kadarnya. Hingga kemarin sore belum ada laporan mengenai jumlah korban dan kerusakan akibat gempa.
Menurut Achmad, warga belum pernah mendapat simulasi penanganan bencana, terutama gempa bumi. Padahal, Kepulauan Banyak yang memiliki 99 pulau itu dikepung laut.