Kenyataan air tanah di wilayah DKI Jakarta sudah tercemar bakteri E coli
Bakteri E coli itu berkembang biak di septik tank yang ada di hampir setiap rumah di Jakarta. Septik tank itu berlokasi saling berdekatan dengan sumber air tanah karena permukiman di Ibu Kota ini sangat padat.
Demikian juga di kawasan RW 10 Pademangan yang terdapat 6.803 warga. Di kawasan yang sangat padat ini, 65 persen warganya memiliki akses sanitasi WC pribadi dan 35 persen lainnya memakai fasilitas umum mandi cuci kakus (MCK), yang jumlahnya ada delapan lokasi.
Kondisi semua WC pribadi dan MCK itu tidak sesuai standar kesehatan lingkungan karena jika tangki penuh, air kotor mengalir keluar. Air itu meresap ke tanah, masuk ke saluran air, gorong-gorong, kanal kecil, atau got yang ada di sekitar fasilitas tersebut. Hal itu menyebabkan di saluran air juga terjadi sedimentasi kotoran yang berpotensi mencemari lingkungan.
Melihat bahaya pencemaran lingkungan itu, Environmental Services Program, yang didukung USAID serta bekerja sama dengan Mercy Corp, membuat MCK plus tandem di wilayah RW 10 itu.
Keunikan dari MCK berjumlah delapan pintu itu adalah mempunyai instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan menggunakan teknologi anaerobic baffled reactor.
Teknologi itu menyaring kotoran hingga beberapa kali sehingga setelah diolah, limbah akhir cukup aman untuk dialirkan ke lingkungan.
Keunikan lainnya,
Menurut Michelle Kooy, Urban Director Mercy Corp, dalam peresmian MCK+ tandem ini, MCK dibangun 40 cm lebih tinggi daripada tanah untuk mengantisipasi peninggian jalan yang terus terjadi di Jakarta Utara.
”Di kawasan Jakarta Utara, peninggian jalan rata-rata mencapai 7 cm per tahun. Selain itu, peninggian berlangsung untuk mengantisipasi banjir yang kerap terjadi,” kata Kooy.