Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehamilan Badak Sumatera Pecahkan Rekor 112 Tahun

Kompas.com - 19/02/2010, 18:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Walaupun kelahiran anak Ratu, badak berusia 9 tahun berbobot sekitar 525 kg, diperkirakan bulan Mei 2011,  berita kehamilan badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis dari sebuah desa di pinggiran Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung, itu sudah mendunia dan disambut sukacita para penggiat konservasi di Indonesia dan dunia.

"Keberhasilan Ratu mengandung bayinya merupakan hasil kombinasi dari ilmu pengetahuan yang baik, kerja sama internasional antara pemerintah, LSM, dan kebun-kebun binatang, kerja sama yang erat dan waktu yang tepat, serta ketelatenan dari para personal di tempat penangkaran," kata Darori, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Jumat (19/2/2010) di Jakarta.

Pejantan badak sumatera yang menghamili Ratu adalah Andalas, yang juga berusia 9 tahun, dengan bobot sekitar 765 kg. Andalas lahir 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, USA, dari perkawinan induk badak sumatera jantan bernama Ipuh dan badak betina bernama Emi. Pada Februari 2007, Andalas dikirim ke Indonesia dari Los Angeles Zoo, USA, dan ditempatkan di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

Andalas diperlakukan istimewa karena ia lahir dan besar di lingkungan yang bebas penyakit. Andalas diberikan berbagai vaksin khusus untuk melindunginya dari kemungkinan penyakit baru yang akan dia hadapi di hutan tropis rumah aslinya. Bahkan, agar terlindung dari gigitan lalat tabanid dan nyamuk hutan, ia dibuatkan kelambu raksasa.

Darori menjelaskan, sang calon bapak, Andalas, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan anak badak pertama yang dihasilkan dari penangkaran badak dalam waktu lebih dari 112 tahun. Adapun kehamilan Ratu merupakan yang pertama di Indonesia setelah lebih dari 112 tahun.

Menurut dia, terjadinya kandungan badak sumatera yang pertama ini, selain telah melalui proses yang panjang, bukanlah suatu kejadian yang biasa. Andalas dan Ratu dapat digabungkan atas kerja sama dan keinginan yang baik dalam rangka kerja sama internasional sebagai upaya menyelamatkan spesies yang terancam kepunahan.

Darori melukiskan, dari 38 kali perkawinan, belum terjadi fetus. Ketika terjadi fetus, ada empat kali keguguran. Tanggal 4 dan 5 Desember 2009, Andalas berhasil menaiki Ratu sebanyak 17 kali dan satu kali berhasil melakukan perkawinan yang sempurna setelah ereksi yang penuh pada Andalas, penetrasi yang sempurna, kemudian terjadi ejakulasi. Tanggal 22 Desember 2009, pemeriksaan USG dilakukan terhadap Ratu, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

"Pada tanggal 24 dan 25 Desember, Andalas kembali digabungkan dengan Ratu dan terjadilah perkawinan sempurna di mana terjadi ereksi dan intromisi penuh selama 28 menit dan akhirnya terjadi ejakulasi,"ungkapnya.

Dokter Hewan Andriansyah yang menangani Ratu mengatakan, tanggal 29 Januari 2010 atau 16 hari setelah perkawinan Ratu dan Andalas, pemeriksaan USG pun dilakukan dan hasilnya menunjukkan adanya kantung embrio pada uterus kanan Ratu. Ratu kemudian diduga hamil.

"Ketika diperiksa USG lagi tanggal 16 Februari 2010, ditemukan gambar kantung embrio berukuran sekitar 20 x 24 mm disertai fetus dan tali pusar yang berkembang, dan Ratu dinyatakan bunting," paparnya.

Ketua Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramono mengatakan, keberhasilan penangkaran spesies ini juga akan memberikan kemungkinan pembuatan suatu model program yang sama terhadap badak jawa. Populasi badak jawa saat ini diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com