Pekanbaru, Kompas
Demikian disampaikan Suhandri, Program Manager WWF Riau, dalam diskusi Penyelamatan Harimau Sumatera di Pekanbaru, Riau, Jumat (5/2).
Suhandri mengungkapkan, faktor berkurangnya harimau sumatera disebabkan oleh berbagai hal, tetapi yang paling utama adalah menciutnya lahan hutan. Selain itu, perdagangan bagian tubuh harimau ikut menyumbang berkurangnya populasi hewan langka yang dilindungi.
”Selain berkurangnya lahan hutan, faktor pemburuan harimau sangat signifikan mengurangi populasi. Kami mencatat ada 24 pemburu harimau yang aktif di Riau dan 71 pemburu yang sesekali turun. Di Riau
Suhandri menambahkan, berdasarkan penelusuran WWF, sedikitnya ada sembilan toko emas yang memperdagangkan bagian tubuh harimau, seperti kuku, taring, dan kulit. Selain itu, terdapat dua pedagang obat yang menjual bagian tubuh harimau untuk obat.
”Selama tahun 2004 sampai 2006 sebanyak 15 harimau terbunuh. Angka itu masih jauh lebih besar lagi karena tahun 2009 sedikitnya empat harimau mati di Kabupaten Indragiri Hilir,” ujar Suhandri.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Syahimin mengungkapkan, pihaknya merasa prihatin dengan berkurangnya populasi harimau. Secara berkala, BBKSDA Riau bekerja sama dengan WWF kerap melakukan aksi untuk penyelamatan hewan liar itu.
”Kami mendorong agar pelaku pembunuhan harimau mendapat hukuman yang lebih berat seperti kasus kematian empat harimau di Indragiri Hilir beberapa waktu lalu,” katanya.