Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gajah di Aceh Selatan Makin Beringas

Kompas.com - 15/01/2010, 10:23 WIB

KOMPAS.com - Kawanan gajah sumatera (Elephan maximus sumatranus) yang sejak sebulan terakhir merusak tanaman padi di Desa Alur Keujruen, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, kini makin beringas. Malah seorang warga desa itu, Misbah (48), cedera kaki akibat diinjak hewan berukuran jumbo itu.


Keuchik Alur Keujruen, Efendi, kepada Serambi, Selasa (12/1) menyebutkan, kawanan gajah liar yang berjumlah tiga ekor itu masih saja mengobrak-abrik tanaman pisang, cokelat, pinang, dan tanaman padi milik warga.  “Sejak kawanan gajah itu hadir di daerah ini, banyak tanaman pertanian dan perkebunan rakyat yang rusak mereka obrak-abrik,” kata Efendi.

Menurutnya, upaya pengusiran gajah ke habitatnya sudah dilakukan masyarakat secara tradisional, namun tak berhasil. Bahkan seorang warga setempat, Misbah (48) mengalami cedera. Ayah lima anak itu retak tulang paha kanannya akibat diinjak gajah ketika lari dari kejaran gajah, setelah korban bersama beberapa warga lainnya mengusir gajah yang sedang memakan padi yang baru berumur dua pekan.

Misbah tersungkur, sedangkan rekannya berhasil menyelamatkan diri. Meski telah berjuang sekuat tenaga, namun korban tak berhasil lari dari amukan gajah. Satwa berbelalai itu baru meninggalkan korban setelah warga kembali mengejar kawanan gajah itu. Melihat kondisi korban yang tak berdaya, warga langsung melarikan korban ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.  “Alhamdulillah, kondisinya sudah membaik. Tapi korban masih menggunakan tongkat untuk berdiri, apalagi berjalan,” kata Efendi.

Ancam racun
Efendi mengatakan, gangguan gajah di kawasan terpencil itu sudah berlangsung sejak Ramadan tahun lalu dan sudah merusak tanaman, kebun, serta sejumlah rumah milik warga. Namun hingga kini belum ada upaya pemerintah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat untuk menangkap atau menggiring kawanan gajah itu kembali ke habitatnya.

Bila pihak terkait tidak segera menanggulangi gangguan gajah tersebut, masyarakat setempat akan meracuni gajah-gajah itu. Sebab, masyarakat yang berpenduduk sekitar 383 jiwa atau 87 KK itu tak tahan lagi menghadapi keganasan gajah yang berlangsung empat bulan. “BKSDA harus mengganti semua tanaman serta membayar biaya pengobatan korban yang cedera akibat amukan gajah. Bila tidak, maka kami akan meracun binatang itu,” tegas Efenfi.

Lahan pos pemantau
Menanggapi keresahan warga akan gajah, Bupati Aceh Selatan, Husin Yusuf mengaku sangat prihatin. Apalagi gangguan itu hingga kemarin masih berlangsung di sejumlah desa dalam kabupaten penghasil pala itu.  Bupati Husin Yusuf sangat mendukung permohonan masyarakat untuk membangun pos pemantau gajah di Desa Naca. Bahkan pihaknya bersedia menyediakan berapa pun lahan yang diperlukan untuk pembangunan pos pemantau itu. “Kita akan berkoordinasi dengan pihak terkait mengenai pembangunan pos pemantau satwa liar itu,” kata Bupati Husin Yusuf.

Gajah di Pijay
Sementara itu, dari Meureudu, ibu kota Kabupatan Pidie Jaya (Pijay) dilaporkan sejumlah petani di kawasan Krueng Tijee, Kecamatan Meureudu, belakangan ini resah. Pasalnya, sejumlah komoditas yang mereka usahakan di lahan perbukitan tersebut, kini diobrak-abrik gajah.  Untuk menghindari kerusakan yang lebih luas akibat ulah satwa liar yang dilindungi itu, petani di sana sangat mengharapkan perhatian BKSDA Aceh.

Tentang adanya gangguan tanaman perkebunan dan pertanian di Gle Krueng Tijue dan sekitarnya berjarak kurang lebih 10 km dari permukiman penduduk, dilaporkan Fauzi AMd, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Meureudu, kepada Serambi, Selasa (12/1). Menurutnya, gangguan Po Meurah itu di sana sudah berlangsung hampir sepekan. Tanaman yang dirusak, antara lain, pisang, kedelai, kakao, dan aneka sayuran.

Untuk mengatasi keberingasan hewan jumbo itu, tambah Fauzi, petani tak mungkin melakukannya. Oleh karenanya, bantuan dari dinas terkait sangat diharapkan. Apalagi, kawasan gajah yang merusak hasil usaha mereka diperkirakan mencapai belasan ekor.  Idris Ahmad, Sekretaris Pawang Glee Krueng Tijee menyebutkan, jika gangguan itu tidak segera diatasi, kondisinya akan lebih fatal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com