Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Jepang Yakini Gempa Besar Akan Terjadi

Kompas.com - 07/01/2010, 15:41 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi patut menjadi antisipasi, ahli seismologi asal Jepang, Prof. Jim Mori meyakini, gempa besar akan kembali terjadi di Indonesia dalam waktu kurang dari sepuluh tahun, bahkan ratusan tahun ke depan.

"Itu pasti akan terjadi (lagi), seperti halnya di Jepang," tutur Jim Mori kepada pers di sela-sela acara The 5th Kyoto University Southeast Asia Forum di Kampus ITB, Kamis (7/1/2010).

Tetapi, ketika ditanya kapan waktu pastinya dan di mana tempatnya, Jim hanya tersenyum kecil. Menurut pemateri Can We Opredict The Next Great Earthquake di dalam Conference of the Earth and Space Sciences di ITB ini, sampai dengan sekarang ini, belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa secara presisi.

"Dalam hitungan jam atau harian, sayangnya, sekarang ini belum dimungkinkan. Kita baru sanggup melakukan perkiraan dalam hitungan dekade dan ratusan tahun," ujar pakar gempa nomor wahid ini.

Namun, yang unik, menurutnya, beberapa hewan diketahui memiliki indera khusus untuk mendeteksi gempa besar yang akan terjadi. Ini misalnya terbukti ketika beberapa saat menjelang terjadi gempa China tahun lalu. Ribuan katak diketahui keluar dari sarangnya dan naik ke permukaan, memenuhi jalan. Kepada peserta konferensi yang hadir di ITB, ia menunjukkan foto-foto itu.

Rektor Universitas Kyoto Hiroshi Matsumoto menuturkan, beberapa kelompok kecil peneliti memang pernah mengklaim bisa memprediksi kapan gempa terjadi. Namun menurutnya, secara ilmiah itu belum bisa dibuktikan dan didukung. Untuk mencegah korban jiwa akibat gempa, ucapnya, langkah terbaik adalah melalui mitigasi.

Yaitu, dengan membuat sistem peringatan dini yang efektif. Kalau perlu secanggih di Jepang, yaitu kecepatan 10 detik dan diumumkan massal. Kedua, membuat dan memastikan bangunan bisa tahan gempa. "Di Jepang, untuk bangunan baru, ini (bangunan tahan gempa) diwajibkan oleh undang-undang," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com