Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepakatan Kopenhagen Masuk Kerangka Kerja Pembangunan Nasional

Kompas.com - 20/12/2009, 14:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - "Copenhagen Accord" yang disepakati dalam konferensi tentang perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark akan diadopsi dalam kerangka kerja pembangunan nasional sehingga Indonesia memiliki program yang sejalan dengan upaya penanganan perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam perjalanan dari Kopenhagen menuju Jakarta.

"Karena Indonesia ikut dalam perumusan tersebut, maka rencana aksi nasional yang sudah kita siapkan akan kita mutakhirkan,artinya yang sudah kita miliki akan kita cocokkan," kata Presiden, Minggu (20/12/2009). Ia menjelaskan sejak awal telah mengetahui pencapaian kesepakatan tentang peran masing-masing negara dalam upaya penanganan perubahan iklim akan berlangsung alot dan tidak mudah.

Namun demikian, Indonesia harus tetap memiliki langkah dalam negeri terlepas dari ada atau tidak adanya kesepakatan di Kopenhagen. "Di samping rencana aksi nasional yang sudah dimutakhirkan, maka kita pastikan dilampiri oleh rencana aksi daerah-daerah. Dengan demikian tidak perlu menunggu sempurna protokol baru," jelasnya.

Lebih jauh tentang rencana aksi nasional, Kepala Negara mengatakan para kepala daerah, bupati dan walikota diminta untuk mendukung hal tersebut, karena mereka merupakan ujung tombak pemerintah di daerah. "Pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab susun policy, anggaran dan akumulasi langkah untuk capai itu, tidak akan berhasil kalau tidak ada dukungan dari private sektor," kata Presiden.

Kepala Negara menambahkan keikutserta sektor swasta khususnya yang bergerak di bidang kehutanan, harus menghentikan perilaku main bakar, tebang. "Saya akan berlakukan aturan yang keras bagi yang ingkar, private sector ada di situ selain untuk benefit tapi juga membantu negara," katanya.

Sementara untuk mengajak keterlibatan masyarakat, khususnya yang memiliki kebiasaan ladang berpindah, Presiden mengatakan gubernur, bupati dan walikota diharapkan bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat sesuai dengan kulturnya masing-masing. "Pemberdayaan masyarakat lokal, situasi berbeda, saya harap gubernur dan bupati memikirkan bagaimana menjadi satu bagian utuh. Saya persilahkan, tapi jangan hanya karena untuk urusan global kita pinggirkan saudara-saudara kita," tegasnya.

Presiden dan rombongan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 10.00 WIB. Setibanya di Halim, Presiden beserta rombongan resmi dan Wakil Presiden serta para menteri koordinator langsung melakukan briefing selama 30 menit untuk menindaklanjuti hasil yang dicapai selama kunjungan Kepala Negara ke luar negeri.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Fenomena Unik: Tonggeret Mulai Menyanyi Saat Cahaya Fajar Muncul
Fenomena Unik: Tonggeret Mulai Menyanyi Saat Cahaya Fajar Muncul
Oh Begitu
Lubang Hitam Tertua Ditemukan, Ukurannya 300 Juta Kali Matahari
Lubang Hitam Tertua Ditemukan, Ukurannya 300 Juta Kali Matahari
Fenomena
Hari Kucing Sedunia: Bahaya Melepas Kucing Menjadi Liar
Hari Kucing Sedunia: Bahaya Melepas Kucing Menjadi Liar
Oh Begitu
Ubi Bikin Kentut? Ini Penjelasan Ilmiahnya dan Siapa Saja yang Perlu Waspada
Ubi Bikin Kentut? Ini Penjelasan Ilmiahnya dan Siapa Saja yang Perlu Waspada
Oh Begitu
Bentuk Kepala Anjing Ternyata Memengaruhi Kepribadiannya
Bentuk Kepala Anjing Ternyata Memengaruhi Kepribadiannya
Oh Begitu
Jejak Tsunami Raksasa di Selatan Jawa: Potensi Ancaman di Masa Depan
Jejak Tsunami Raksasa di Selatan Jawa: Potensi Ancaman di Masa Depan
Fenomena
Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Kita
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Kita
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Kita
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Fenomena
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Fenomena
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau