Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Kiamat 2012, Isapan Jempol...

Kompas.com - 30/11/2009, 16:40 WIB

Film 2012 yang ditayangkan di bioskop menyita perhatian publik di Tanah Air. Meskipun larangan menonton muncul dari Majelis Ulama Indonesia di berbagai daerah, antrean panjang calon penonton justru kian panjang.

Jika dikaitkan dengan sains, film bikinan Hollywood ini berangkat dari isapan jempol. Ide kiamat di film ini bertolak dari ramalan Suku Maya bahwa pada 21 Desember 2012 nanti Bumi menjalani hari akhir atau kiamat.

Avivah Yamani dari Langit Selatan menepis ramalan ini. Ia mengatakan, prediksi kiamat bangsa Maya pada 21-12-2012 tak lain karena tanggal itu adalah akhir siklus kalender atau dengan kata lain "kehabisan angka". Sebab, kalender Maya berlandaskan sistem bidesimal (bilangan 20).

Kejanggalan lain adalah soal pergeseran ekstrem kerak dan lempeng Bumi akibat pengaruh badai Matahari, seperti yang tergambar di film itu. Pada 2012 digambarkan lidah Matahari dapat menghasilkan neutrinos, semacam gelombang mikro yang dapat memanaskan suhu inti Bumi.

Padahal, seperti diungkapkan Dhani Herdiwijaya, ahli fisika Matahari dari Institut Teknologi Bandung, lidah Matahari adalah fenomena umum yang terjadi sepanjang siklus keaktifan Matahari selama 11 tahun. Aktifnya Matahari ini ditandai dengan kemunculan bintik hitam di permukaan.

Saat bintik hitam muncul, di perut Matahari terjadi rotasi aliran massa yang dapat memengaruhi gaya medan magnetnya. Pada puncak aktivitasnya, medan magnet ini berpusar hingga menembus lapisan fotosfer.

Temperaturnya 4.000-4.500 derajat kelvin, sangat kontras dengan suhu di sekelilingnya sebesar 5.800 derajat kelvin. Aktivitas medan magnetik yang kuat di bintik Matahari ini dapat memanaskan lapisan kromosfer Matahari dan menimbulkan flare (ledakan cahaya) dan corona mass injection (CME).

Aktivitas flare dan CME yang tinggi bisa menimbulkan badai antariksa. Partikel-partikel terlontar yang sampai ke bumi berdampak signifikan pada iklim di Bumi dan dapat menimbulkan badai magnetik yang bisa mengganggu komunikasi radio.

Pendinginan global

Yang jadi soal, ucapnya, saat ini tengah terjadi kecenderungan penurunan aktivitas Matahari. Tingkat radiasi medan magnetik Matahari terus turun, kini berada di titik minimal. Dalam beberapa tahun terakhir, bintik Matahari juga jarang terbentuk.

Untuk itu, ia merasa tidak yakin pada 2012 bakal terjadi badai Matahari. "Yang orang-orang tahu saat ini, di Bumi terjadi pemanasan global. Padahal, sebetulnya kita juga tengah menghadapi kemungkinan kondisi global cooling (pendinginan global)," ujar Dhani.

Jadi, kalaupun terjadi kiamat, itu bisa jadi karena kita tidak dapat menggunakan peralatan telepon, televisi, dan jaringan komunikasi sementara akibat pengaruh serangan gelombang elektromagnetik dari badai Matahari. Itu pun jika terjadi.... (Yulvianus Harjono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com