Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Global Warming" Masih Asing di Telinga

Kompas.com - 31/10/2009, 12:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Global warming atau pemanasan global yang belakangan menjadi isu tingkat internasional ternyata masih asing di telinga masyarakat. Beberapa dari mereka bahkan baru pertama kali mendengar istilah tersebut.

"Global warming? Enggak tahu artinya, baru dengar sekarang," jawab Kosim (30), saat Kompas.com menanyakan arti global warming, Sabtu (31/10).

Pria yang berprofesi sebagai pedagang ini mengaku tidak pernah mendapat penjelasan mengenai pemanasan global. Ia hanya merasa saat ini udara semakin panas, tanpa mempedulikan penyebabnya.

Istilah go green pun asing bagi Kosim. Ia menerka makna go green sama dengan kerja bakti, yaitu membersihkan lingkungan sekitar. "Go green artinya bersih-bersih bukan? kaya kerja bakti?" tanyanya.

Zen (35) warga Kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat, juga masih asing dengan istilah global warming. Pertama kali istilah global warming ia dengar saat Lurah Tanjung Barat memberikan sambutan dalam acara "Mari Bersihkan Gorong" Sabtu (31/10).

"Baru dengar tadi, dan mengira kalau saat ini global warming sedang in," ujarnya seraya tertawa.

Meski telah mendengar penjelasan mengenai arti global warming, Zen tetap belum mengerti dengan jelas makna istilah tersebut. Ia hanya mempunyai bayangan global warming adalah suatu keadaan yang berbahaya.

"Kayanya bumi dalam bahaya, tapi jelasnya kenapa, saya juga belum mengerti banget," ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Lurah Tanjung Duren Syamsudin Noor mengatakan bahwa pihaknya kerap kali melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai istilah global warming. Tak hanya arti, bahaya "global warming" pun turut dijelaskan.

"Setiap ada pertemuan dengan ketua RT-RW, kita selalu menjelaskan istilah global warming," ucapnya.

Syamsudin menduga banyaknya warga yang tidak mengenal istilah global warming karena menganggap enteng hal tersebut. Global warming dianggap belum mengancam masyarakat sehingga tidak memerhatikan saat diberikan penjelasan.

"Pas dijelasin tidak memerhatikan, jadinya dianggap belum pernah ada penjelasan. Tapi itu bisa juga disebabkan daya tangkap masyarakat yang kurang," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com