Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Coelacanth Terjaring Nelayan

Kompas.com - 17/09/2009, 05:06 WIB

Manado, Kompas - Seekor ikan purba jenis coelacanth tertangkap nelayan pada hari Rabu (16/9) sekitar pukul 06.00 di perairan Gangga, Likupang, Sulawesi Utara. Penangkapan yang tak disengaja itu terjadi dua hari pascapenemuan ikan purba coelacanth di perairan Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Nelayan di Likupang langsung melaporkan penemuan ikan tersebut ke Universitas Sam Ratulangi. Saat terjaring dengan jala, ikan itu masih hidup yang kemudian dibutuhkan waktu 4-5 jam untuk mengevakuasinya. Selanjutnya, ikan berukuran panjang 114 sentimeter dan lebar 30 sentimeter itu dibawa ke Manado.

Ikan coelacanth digolongkan sebagai ikan purba dan fosil hidup karena diduga sudah ada sejak era Devonian, sekitar 380 juta tahun silam. Hingga kini bentuknya tak berubah. Habitat ikan coelacanth berada di kedalaman laut lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat celsius.

Ikan coelacanth hanya hidup di perairan barat Afrika Selatan (Latimeria chalumnae) dan kawasan timur Indonesia (Latimeria menadoensis).

Alex Masengi, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi, bersama tim peneliti menjemput ikan tersebut di perairan Gangga Likupang, sekitar 90 kilometer dari Manado. ”Sayangnya, dalam perjalanan ikan itu keburu mati,” kata Alex, Rabu malam. Menurut Masengi, ikan coelacanth akan langsung dibedah untuk diambil DNA-nya dan diteliti.

Tertangkapnya ikan coelacanth itu terjadi tanpa sengaja oleh nelayan Likupang. Senin (14/9) lalu, tim peneliti dari Universitas Sam Ratulangi dan Fukushima Aquamarine Jepang pernah melihat coelacanth di perairan Talise, berjarak sekitar 3 mil—sekitar 5,4—dari perairan Gangga.

Ketika itu coelacanth ditemukan pada satu jam pertama saat hari pertama penelitian yang menggunakan wahana bawah laut tanpa awak (remotely operated vehicle/ROV). Pergerakan coelacanth di Talise telah difilmkan dengan durasi 30 menit.

Dengan dua kali penemuan dalam waktu berdekatan, Masengi mempertanyakan kondisi lingkungan biota bawah laut. ”Apakah ada kaitan dengan suhu air laut yang naik? Semuanya akan diteliti,” katanya.

Kelompok peneliti yang sama, pada 27 Juni 2007 menemukan ikan coelacanth di perairan Malalayang.

Identifikasi spesies baru dari Manado pada 1999 mengejutkan dunia karena sejak tahun 1940 atau 59 tahun sebelumnya, dunia hanya mengenal satu spesies coelacanth, yaitu dari barat Madagaskar, Teluk Manado (Sulawesi Utara) di kedalaman 190 meter. (zal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau