Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit Pisang pun Bisa Jadi Pengganti Minyak Tanah

Kompas.com - 07/09/2009, 07:25 WIB

KOMPAS.com - Tingginya harga minyak tanah pascadihapuskannya subsidi, menyulitkan kelompok industri kecil dan masyarakat menengah ke bawah untuk mendapatkan bahan bakar yang murah dan praktis. Sementara kompor gas dinilai belum sepenuhnya mampu dijangkau masyarakat di pelosok daerah.

Sekelompok usaha kecil dan menengah (UKM) menawarkan sebuah solusi bagi kalangan industri dan masyarakat menengah ke bawah untuk menggunakan kompor bioetanol sebagai alternatif pengganti minyak tanah.

"Sebagai pengganti minyak tanah, kompor bioetanol ini relevan sekali bagi masyarakat dan industri menengah bawah yang belum bisa menjangkau penggunaan kompor gas," kata Kepala Bagian Pemasaran UKM produsen kompor bioetanol binaan Dewan Koperasi Indonesia Rivai, dalam perbincangan dengan Kompas.com, di Jakarta, Minggu (6/9). 

Kompor ini menggunakan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan baku bioetanol merupakan hasil olahan dari bahan-bahan alami seperti kulit pisang, singkong genderuwo, kulit nanas, gadung, dan sagu. "Karena itu kompor bioetanol ini sesuai dengan semangat untuk melestarikan alam karena merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan," imbuh Rivai.

Dibandingkan minyak tanah, bioetanol memiliki lebih banyak keunggulan. Kompor bioetanol dapat digunakan tanpa menggunakan sumbu. Nyala apinya pun biru seperti kompor gas sehingga lebih cepat dan efisien dalam memasak. " 100 cc bioetanol dapat digunakan memasak selama 40 menit. Artinya dengan satu liter bioetanol saja, konsumen bisa memasak hingga empat jam," kata Rivai.

Selain itu, kompor bioetanol pun tidak mudah meledak dan lebih aman bagi penggunanya. Jika kompor minyak tanah yang terbakar akan semakin menyala ketika disiram air, tapi bioetanol justru akan mati jika tersiram air. "Penggunaan bioetanol ini pun lebih irit dua pertiga kali dibanding minyak tanah," imbuhnya.

Mengenai harga bioetanol, Rivai mengatakan, per liternya dijual seharga Rp 6.000 . "Harga ini sebenarnya bisa lebih murah kalau ada pemerintah mau memberikan dana investasi terhadap pengembangan bioetanol ini," kata dia.

Ia menambahkan, saat ini para produsen bioetanol juga mulai membidik masyarakat menengah kebawah sebagai pangsa pasarnya Selama ini yang menjadi konsumen bioetanol adalah komunitas industri kecil seperti pembatik dan industri tahu.

Padahal, menurutnya, selama ini diluar negeri, penggunaan bioetanol sudah dikenal sebagai alternatif bahan bakar untuk memasak yang lebih ramah lingkungan. "Salah satu pasar ekspor kami adalah Thailand yang sudah mengenal bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan," tukasnya.

Tertarik? Silakan anda menghubungi nomor telepon 081280235371 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com