Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep Ekonomi Hijau Cukupi Kebutuhan BBM

Kompas.com - 31/05/2009, 22:39 WIB

 

BANDUNG,KOMPAS.com-Konsep ekonomi hijau untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak secara swadaya di Indonesia perlu diterapkan. Pemenuhan kebutuhan itu dilakukan dengan memanfaatkan lahan kritis untuk memproduksi tanaman penghasil bioetanol.

Demikian dikatakan Ketua Forum Diskusi 33, Jusuf Kurnia di Bandung, Minggu (31/5). Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 17 juta hektar (ha) lahan kritis. Lahan seluas itu dapat menghasilkan 1,43 juta barrel bioetanol per hari.

Produksi bioetanol berasal antara lain dari tanaman jagung, ketela, gandum, dan tebu. Kuantitas bioetanol yang dihasilkan dari lahan kritis itu setara dengan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia per hari. Jika dilaku kan, Indonesia dapat memenuhi sendiri kebutuhan BBM.

Bahkan, minyak bumi dapat diekspor untuk menambah cadangan devisa. Selain pemenuhan BBM, konsep ekonomi hijau juga dapat memberdayakan masyarakat dengan menggunakan sampah organik untuk kompos. Setiap kecamatan di Indonesia rata-rata menghasilkan 12 ton sampah organik per hari.

Kuantitas itu dapat dijadikan kompos padat sebanyak empat ton dan cair sebanyak 100 liter. Di Indonesia terdapat 5.200 kecamatan yang memiliki setidaknya s atu tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Jika harga kompos padat dan cair masing-masing Rp 1.000 per kilogram dan Rp 30.000 per liter, maka diperoleh pendapatan total dari TPS sebesar Rp 210 juta per bulan.

Pemasukan itu dapat digunakan untuk membayar honor petugas kebersihan dan keamanan, atau memperbaiki nasib pemulung. Saat ini, Malaysia ikut memenuhi kebutuhan kompos cair di dalam negeri dengan produk impornya. Menurut Jusuf, ekonomi hijau memerlukan dukungan berupa kemauan politik.

"Pemerintah harus menyusun peraturan-peraturannya. Kalau ekonomi hijau berjalan kita tak perlu repot memenuhi kebutuhan BBM dan membiayai penanganan sampah," ujarnya.

Dalam pemanfaatan sumber daya alam, pemerintah harus membuat regulasi agar prinsip keseimbangan dan keberlanjutan tetap terjaga. "Kekayaan sumber daya alam merupakan modal dasar pembangunan, sepanjang berpegang pada prinsip kesimbangan dan keberlanjutan," kata Jusuf.

Ekonom Soeharsono Sagir mengatakan, ekonomi hijau harus mampu memberdayakan masyarakat miskin. Bila program dapat diwujudkan, perekonomian akan lebih aktif. " Jangan seperti bantuan langsung tunai (BLT), itu saya tak setuju. Sekali diberi sedekah, warga akan meminta terus," katanya.

Menurut Soeharsono, masyarakat harus diberdayakan dengan diberi bantuan kredit seperti langkah yang dilakukan pendiri Grameen Bank, Muhammad Yunus dari Banglades. Bank tersebut menyalurkan kredit untuk menggerakkan masyarakat miskin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fenomena
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Kita
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Oh Begitu
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Oh Begitu
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau