Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayang-bayang Sebuah Kejayaan

Kompas.com - 05/01/2009, 08:15 WIB

DAHONO FITRIANTO & INGKI RINALDI

Masihkah kita harus bertanya, seberapa besar makna Majapahit bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini?

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, setiap orang Indonesia telah diajari betapa besar arti Kerajaan Majapahit bagi bangsa ini. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika kita ambil dari karya sastra era Majapahit, kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.

Sang Merah Putih pun sering disebut-sebut diilhami panji-panji Gula Klapa dari Majapahit, yang memiliki warna merah seperti gula (jawa) dan putih seperti daging kelapa. Lebih jauh dari itu, gagasan Wawasan Nusantara (dan kata nusantara itu sendiri) yang menjadi landasan bagi konsep NKRI juga diambil dari Majapahit.

Sejarawan MC Ricklefs dalam bukunya, A History of Modern Indonesia Since C.1200 (Stanford University Press, 2001) menyebutkan, memori akan kebesaran Majapahit hidup terus di Indonesia dan dianggap telah memunculkan gagasan awal tentang batas- batas politik yang digunakan RI saat ini.

Para raja kerajaan-kerajaan Islam yang muncul di Jawa setelah Majapahit selalu melihat ke belakang dengan bangga dan berusaha mengaitkan dirinya sebagai keturunan langsung atau paling tidak penerus kebesaran Majapahit. Hingga di abad ke-21 ini, masyarakat dan para pejabat pemerintahan kita masih terus berikhtiar membuat ”koneksi” dengan Majapahit.

Mengenang kejayaan

Beberapa titik di kawasan bekas ibu kota Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, hingga saat ini selalu dikunjungi masyarakat untuk berziarah. Salah satu titik ziarah itu adalah Pendapa Agung, sebuah tempat yang dipercaya masyarakat sebagai lokasi asli pendapa Kerajaan Majapahit di masa lalu.

”Dari artis sampai bapak- bapak pejabat, mulai dari para jenderal sampai presiden, sering datang ke sini untuk berziarah,” ungkap Zaini, warga Trowulan yang hari Minggu (28/12) malam sedang berziarah ke Pendapa Agung.

Menurut buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan yang diterbitkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim, secara arkeologis di lokasi itu hanya ditemukan 26 umpak batu, tiang batu miring, dan struktur batu bata di bawah lokasi makam Kubur Agung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com